PROSES LAS SMAW
1.
Tujuan
Memahami
prinsip kerja dari las SMAW (Shileded Metal Arc Welding) dan
fungsi bagian-bagian dari perlatan las SMAW serta keselamatan kerja las SMAW dengan benar dan aman.
2.
Dasar Teori
a.
Proses Las SMAW
Proses
pengelasan SMAW yang umummnya disebut Las Listrik adalah proses pengelasan yang
menggunakan panas untuk mencairkan material dasar dan elektroda. Panas tersebut
ditimbulkan oleh lompatan ion listrik yang terjadi antara katoda dan anoda (ujung
elektroda dan permukaan plat yang akan dilas ). Panas yang timbul dari lompatan
ion listrik ini besarnya dapat mencapai 4000o sampai 4500o
Celcius. Sumber tegangan yang digunakan ada dua macam yaitu listrik AC ( Arus
bolak balik ) dan listrik DC ( Arus searah ). Proses terjadinya pengelasan karena
adanya kontak antara ujung elektroda dan material dasar sehingga terjadi
hubungan pendek dan saat terjadi hubungan pendek tersebut tukang las (welder)
harus menarik elektrode sehingga terbentuk busur listrik yaitu lompatan ion
yang menimbulkan panas. Panas akan mencairkan elektrode dan material dasar
sehingga cairan elektrode dan cairan material dasar akan menyatu membentuk logam
lasan (weld metal). Untuk menghasilkan busur yang baik dan konstan tukang
las harus menjaga jarak ujung elektroda dan permukaan material dasar tetap sama.
Adapun jarak yang paling baik adalah sama dengan diameter elektroda yang
dipakai.
Adapun besarnya panas/temperatur (H) yang dapat
melelehkan sebagian bahan merupakan perkalian antara tegangan listrik (E)
dangan kuat arus (I) dan waktu (t) yang dinyatakan dalam satuan panas joule
seperti rumus dibawah ini :
H = E x I x t
dimana :
H = panas (joule)
E = tegangan listrik (volt)
I = kuat arus (amper)
t = waktu (detik)
Gambar 1. Proses pengelasan SMAW
b.
Peralatan
Perlengkapan yang diperlukan untuk proses pengelasan SMAW
adalah peralatan yang paling sederhana dibandingkan dengan proses pengelasan
listrik yang lainnya. Adapun perlengkapan las SMAW adalah : transformator DC/AC,
elektroda, kabel massa ,
kabel elektroda, connectors, palu cipping, sikat kawat dan alat perlindungan
diri yang sesuai.
Gambar 2. Skema peralatan
las SMAW
-
Sumber Tegangan (power source)
Sumber tegangan diklasifikasikan sebagai mesin las AC dan mesin las DC,
mesin las AC biasanya berupa trafo las, sedangkam mesin las DC selain trafo
juga ada yang dilengkapi dengan rectifier atau diode (perubah arus bolak balik menjadi
arus searah) biasanya menggunakan motor penggerak baik mesin diesel, motor
bensin dan motor listrik. Gambar 3. adalah mesin las DC, saat ini banyak
digunakan mesin las DC karena DC mempunyai beberapa kelebihan dari pada mesin
las AC yaitu busur stabil dan polaritas dapat diatur. Gambar 3. adalah mesin
las AC yang menggunakan transformator atau trafo las.
Gambar 3. Mesin las DC
|
Gambar 4. Mesin las AC
|
-
Kabel masa dan kabel elektoda (ground cable and electrode
cable)
Kabel masa dan kabel elektroda berfungsi menyalurkan aliran listrik dari
mesin las ke material las dan kembali lagi ke mesin las. Ukuran kabel masa dan
kabel elektroda ini harus cukup besar untuk mengalirkan arus listrik, apabila
kurang besar akan menimbulkan panas pada kabel dan merusak isolasi kabel yang
akhirnya membahayakan pengelasan.
Sesuai dengan peraturan, kabel di antara mesin dan tempat kerja sebaiknya
sependek mungkin. Menggunakan satu kabel (tanpa sambungan) jika jaraknya kurang
dari 35 kaki. Jika memakai lebih dari satu kabel, sambungannya harus baik
dengan menggunakan lock-type cable connectors. Sambungan kabel minimal
10 kaki menjauhi operator.
Gambar 5. Kabel elektroda
-
Pemegang elektroda dan
klem masa (holder and claim masa)
Pemegang elektrode berguna untuk mengalirkan arus listrik dari kabel
elektrode ke elektrode serta sebagai pegangan elektrode sehingga tukang las
tidak merasa panas pada saat mengelas. Klem masa berguna untuk menghubungan kabel
masa dari mesin las dengan material biasanya klem masa mempunyai per untuk penjepitnya.
Klem ini sangat penting karena apabila klem longgar arus yang dihasilkan tidak
stabil sehingga pengelasan tidak dapat berjalan dengan baik.
Gambar 6. Pemegang
elektroda dan klem masa
-
Palu las dan sikat kawat (chipping hammer and wire brush)
Palu Ias digunakan untuk melepaskan dan mengeluarkan terak las
pada logam Ias (weld metal) dengan jalan memukulkan atau menggoreskan
pada daerah lasan. Berhati-hatilah membersihkan terak Ias dengan palu Ias
karena kemungkinan akan memercik ke mata atau ke bagian badan lainnya. Jangan
membersihkan terak las sewaktu terak las masih panas/merah. Sikat kawat
dipergunakan untuk :
·
membersihkan benda kerja yang akan dilas
·
membersihkan terak las yang sudah lepas dari
jalur las oleh pukulan palu las.
Gambar 7. Palu las
|
Gambar 8. Sikat kawat
|
c.
Karakteristik Listrik (Electrical Characteristic )
Sumber arus listrik
dinyatakan dalam arus AC atau DC. Jika
DC , polaritasnya juga harus ditentukan.
Untuk menentukan sumber arus listrik apa dan polaritas yang mana yang dipakai
perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
- Aliran : Continue pada satu arah,
jadi busur nyala steady.
- Voltage drop : Sensitif terhadap panjang kabel, kabel
sependek mungkin.
- Current :
Dapat dipakai untuk arus kecil dengan diameter elektrode kecil.
- Elektrode :
Semua jenis elektrode dapat dipakai.
- Arc Starting : Lebih mudah, terutama untuk arus
kecil.
- Pole : Dapat dipertukarkan.
- Arc bow :
Sensitif terhahap bagian-bagian pada ujung-ujung, sudut- sudut atau bagian yang banyak lekuk-lekuknya.
Arus AC (Alternating Current)
- Voltage drop : Panjang kabel tidak banyak pengaruhnya.
- Current :
Kurang cocok untuk low current
- Elektrode :
Tidak semua jenis elektrode dapat dipakai
- Arc Starting : Lebih Sulit terutama untuk diameter
elektrode kecil.
- Pole : Tidak dapat
dipertukarkan.
- Arc bow :
Tidak merupakan masalah.
Polaritas
Lurus
Apabila material dasar atau material yang akan dilas disambung kan dengan kutup positip
( + ) dan elektrodenya disambungkan dengan kutup negatip ( - ) pada mesin las
DC maka cara ini disebut pengelasan polaritas lurus atau DCSP (Direct
Current Straight Polarity), ada juga yang menyebutkan DCEN. Dengan cara ini
busur listrik bergerak dari elektrode ke material dasar sehingga tumbukan
elektron berada di material dasar yang berakibat 2/3 panas berada di material
dasar dan 1/3 panas berada di elektroda.
Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak
dibanding elektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga
baik digunakan pada pengelasan yang lambat serta manik las yang sempit dan
untuk pelat yang tebal.
Polaritas
Balik
Dengan proses pengelasan cara ini material dasar disambungkan dengan
kutup negatip ( - ) dan elektrodenya disambungkan dengan kutup positip ( + ) dari
mesin las DC, dan disebut DCRP ( Direct Current Reversed Polarity) ada
juga yang menyebutkan DCEP. Busur listrik bergerak dari material dasar ke
elektrode dan tumbukan elektron berada di elektrode yang berakibat 2/3 panas
berada di elektroda dan 1/3 panas berada di material dasar. Cara ini akan
menghasilkan pencairan elektrode lebih banyak sehingga hasil las mempunyai
penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan pelat tipis dengan
manik las yang lebar.
Gambar 7. Polaritas lurus dan balik pada las SMAW
d.
Elektroda (electrode)
Sebagian besar
elektrode las SMAW dilapisi oleh lapisan flux, yang berfungsi sebagai pembentuk
gas yang melindungi cairan logam dari kontaminasi udara sekelilingnya. Selain
itu fluk berguna juga untuk membentuk terak las yang juga berfungsi melindungi
cairan las dari udara sekelilingnya. Lapisan elektrode ini merupakan campuran
kimia yang komposisisnya sesuai dengan kebutuhan pengelasan. Menurut AWS (American
Welding Society ) elektrode diklasifikasikan dengan huruf E dan diikuti
empat atau lima
digit sebagai berikut E xxxx (x) . Dua digit yang pertama atau tiga digit
menunjukan kuat tarik hasil las tiga digit menunjukan kuat tarik lebih dari
100.000 psi sedangkan dua digit menunjukan kuat tarik hasil lasan kurang dari 100.000
psi.
Sebagai contoh
elektrode E 6013 mempunyai kuat tarik 60.000 psi (42 Kg/mm2 ). Sedangkan angka
digit ketiga atau keempat bagi yang kuat tariknya lebih besar 100.000 psi ( 70
Kg/mm2 ) digit selanjutnya menujukan posisi pengelasan, apabila angkanya 1
berarti untuk segala posisi.pengelasan, angka 2 berarti las datar atau
horizonta l dan angka 3 menunjukan untuk pengelasan datar saja. Digit yang
terakhir menunjukan jenis dari campuran kimia dari lapisan elektrode .
Tabel
1. Macam-macam jenis selaput (fluks)
Angka Keempat
|
Jenis Selaput (Fluks)
|
Arus Pengelasan
|
0
|
Natrium selulosa, Oksida besi tinggi
|
|
1
|
Kaliunm – Selulosa tinggi
|
AC,DC+
|
2
|
Natrium – Titania tinggi
|
AC,DC-
|
3
|
Kalium – Titania tinggi
|
AC,DC+
|
4
|
Serbuk besi, Titinia
|
AC,DC±
|
5
|
Natrium – Hydrogrn rendah
|
|
6
|
Kalium – Hydrogen rendah
|
AC,DC+
|
7
|
Serbuk besi, Oksida besi
|
AC,DC+
|
8
|
Serbuk besi, Hydrogen rendah
|
AC,DC+
|
e.
Penyalaan Busur
Gambar
8. Penyalaan busur dengan metode menggores (striking)
Pada metode striking elektroda disentukan ke permukaan benda
kerja dengan menggores yang gerakannya mirip seperti penyalaan korek api. Begitu
elektroda menyentuh permukaan kerja menggasilkan busur yang tidak stabil, oleh
karena itu harus dijaga jarak antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sama
dengan diameter elektroda yang dipakai.
Gambar
8. Penyalaan busur dengan metode mengetuk (tapping)
Pada metode mengetuk elektroda di posisi vertikal tegak lurus
dengan permukaan benda kerja. Penyalaan busur dimulai dengan mengetuk atau
melambungkannya di atas permukaan benda kerja, begitu elektroda menyentuh
permukaan kerja menggasilkan busur yang tidak stabil, oleh karena itu harus dijaga
jarak antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja sama dengan diameter
elektroda yang dipakai.
Jika penarikan elektroda untuk membuat jarak antara elektroda
dan benda kerja terlambat maka cairan logam akan cepat membeku sehingga
elektroda lengket pada benda kerja. Apabila elektroda sulit dilepas dari benda
kerja maka segera matikan mesin dan lepaskan elektroda dari benda kerja.
Jangan pernah lepaskan helm atau topeng
las selama ada kemungkinan elektroda
bisa menghasilkan busur.
f.
Parameter pengelasan
·
Diameter elektroda
Diameter elektroda yang
dipakai dalam pengelasan SMAW sangat mempengaruhi besar kecilnya amper yang
dipakai. Hal tersebut berhubungan dengan
laju peleburan atau laju penimbunan (fusion rate/deposition rate) dan
kedalaman penetrasi (penetration). Biasanya pada elektrode yang akan
dipakai sudah direkomendasikan batasan besarnya amper, posisi pengelasan dan
polaritas yang dipakai.
·
Amper
Penggunaan amper selama proses pengelasan sangat bergantung
pada besar kecilnya diamter elektroda yang dipakai. Perusahaan pembuat
elektroda sudah menetapkan besar kecilnya amper yang dipakai, informasi
besarnya amper yang dipakai biasanya ditemukan pada bungkus elektroda.
Misalnya, amaper yang dianjurkan untuk elektroda tertentu
adalah 90-100 ampere, pada pelaksanaan latihan biasanya akan menetapkan besarnya
amper di pertengahan antara kedua batas tersebut, yaitu di 95 ampere. Sesudah
mulai mengelas, pengeturan amper kembali dilakukan sampai hasilnya baik.
Amper yang terlalu besar dapat
mengakibatkan
·
Elektroda terlalu panas, dapat merusak kestabilan fluks
·
Lebar cairan las terlalu besar
·
Perlindungan cairan las tidak maksimal, dapat mengakibatkan
logam lasan berpori (porosity)
·
Besar kumungkinannya terjadi undercut
·
Terak (slag) sukar dibersihkan
Amper yang terlalu kecil dapat
mengakibatkan
·
Penyalaan busur sulit dan lenket-lengket
·
Peleburan terputus-putus akibat dari busur yang tidak stabil.
·
Peleburan base metal dan elektrode jelek dan terjadi slag
incluision
·
Kecepatan pengelasan (welding speed)
Kecepatann pengelasan adalah laju dari elektroda pada waktu
proses pengelasan. Kecepatan maksimum mengelas sangat bergantung pada
ketrampilan juru las (welder), posisi, jenis elektroda dan bentuk
sambungan.
Biasanya, kalau kecepatan pengelasan terlalu cepat, logam
lasan menjadi dingin terlalu cepat, menyebabkan bentuk deposit las menjadi kecil
dengan puncak yang runcing. Sebaliknya, jika kecepatan perjalanan terlalu
lambat, deposit las bertumpuk-tumpuk menjadi terlalu tinggi dan lebar. Kecepatan
yang sesuai adalah bila menghasilkan deposit las baik, dengan tinggi maksimal
sama dengan diameter elektoda dan lebar tiga kali diameter elektroda.
Gambar 9.
Bentuk-bentuk deposit las dan penyebabnya
·
Sudut elektroda (Electrode angle)
Sudut elektroda adalah
sudut posisi/kedudukan elektroda terhadap benda kerja pada saat pengelasan.
Perubahan sudut elektroda yang sangat ekstrim mempengaruhi bentuk deposit las,
oleh karena itu sudut elektroda sangat penting dalam proses pengelasan. Sudut elektroda terdiri atas dua posisi, yaitu
sudut kerja (work angle) dan sudut arah pengelasan (travel angle).
Sudut
kerja adalah sudut yang terbentuk dari garis horisontal tegak lurus terhadap
arah pengelasan. Sudut arah pengelasan adalah sudut pada arah pengelasan
terhadap garis vertikal dan mungkin berubah dari 15 hingga 30 derajat.
|
g.
Keselamatan kerja las SMAW
Busur listrik
bukan merupakan barang yang berbahaya asal aturan keamanannya di taati. Berikut
ini aturan keselamatan kerja yang harus diketahui dan ditaati oleh praktikan :
1. Radiasi dari busur sangat berbahaya terhadap mata, busur mengeluarkan
sinar infra merah dan ultra violet yang dapat merusak mata dan kulit. Helm las
yang dilengkapi dengan kaca gelap dapat melindungi mata dan Apron melindungi
kulit dari sengatan sinar.
2. Percikan las yang panas akan berbahaya bila kena tangan dan kaki terbuka
begitu juga dengan sepatu yang mudah terbakar. Oleh sebab itu sarung tangan
dari kulit, dan penutup dada dari kulit serta sepatu dari kulit dianjurkan
dipakai pada waktu mengelas.
3. Hindari menggoreskan elektrode pada material yang akan dilas apabila
didekat kita ada orang lain yang tidak menggunakan penutup mata penahan sinar
busur listrik.
4. Asap pengelasan dapat membahayakan orang yang menghirupnya oleh sebab
itu ventilasai pada waktu mengelas harus terbuka .
5. Tersengat listrik kemungkinan dapat terjadi, hati hati jangan sampai lantai,
sarung tangan basah dan gunakan peralatan yang terisolasi.
6. Bahaya tersengat panas juga merupakan hal yang harus dihindari oleh
karena itu hindari memegang benda yang dilas dengan tangantanpa sarung tangan.
h.
Peralatan keselamatan kerja las SMAW
Pengunaan
alat perlindungan diri untuk pekerjaan las wajib dipakai setiap praktikan,
adapun peralatan keselamatan kerja las SMAW yang sesuai adalah :
1.
Helm Las / Topeng Las dengan kaca
2.
Sarung tangan kulit panjang
3.
Penutup dada (apron)
4.
Sepatu k ulit (safety shoes)
Gambar 10. Perlindungan maksimum untuk pekerjaan las
SMAW
ijin kopas boz... :)
ReplyDeletelanjut.gan
ReplyDeleteMANTAP GAN,, TKS
ReplyDeletesuper sekalii
ReplyDeleteboz saya mau tanyak peritungan 42,2 kg/mm2 tu dr mana boz?
ReplyDeleteizin kopas mas brow :D
ReplyDeleteizin kopas
ReplyDeletesangat membantu pak, izin ambil ya
ReplyDeleteSangat berman faat .trims
ReplyDeleteIzin copas Boss...
ReplyDeleteartikel yang sangat bermanfaat
ReplyDeletewww.sepatusafetyonline.com
izin copas y boy,,,
ReplyDeleteizin copas y boy,,,
ReplyDeletepostingannya bagus, tapi di ujung postingan closingnya kurang pas, jadi kaya ada yang putus...!!! tapi coverral bagus bang..
ReplyDeletefor complete cisit :http://teknikpengelasan.com/pengelasan-smaw/
mau tanya nih? untuk travel speed agar hasil las dan heat input yang terjadi tidak over itu berapa mm/menit yah? makasih sbelumnya
ReplyDeletepengelasan smaw
mau tanya nih? untuk travel speed agar hasil las dan heat input yang terjadi tidak over itu berapa mm/menit yah? makasih sbelumnya
ReplyDeletepengelasan smaw
Ada yg tau perhitungan arus mesin las?
ReplyDeleteSaher bila ada yg mengetahui. Terimakasih
Bertanya ya,saya sedang belajar mengelas.
ReplyDeleteuntuk mengelas besi 2mm sebaiknya pakai Ampere berapa,electroda yang harus dipergunakan specifikasinya bagaimana ?
Terima kasih atas sharing ilmunya.
izin copas ya, terima kasih banyak
ReplyDeleteizin copas, kalau boleh, sumbernya bisa dikasih tau dong. dftar pustaka
ReplyDeletebuat Tgas Akhir gan, makasih
ReplyDeleteIzin copas yaa...
ReplyDeleteizin copy paste ya bang ,terima kasih :)
ReplyDelete