Sunday, 11 March 2012

TEKNIK PENGUKURAN GETARAN DAN KEBISINGAN DI KAPAL

-->
TEKNIK PENGUKURAN GETARAN DAN KEBISINGAN DI KAPAL
A.    Teknik Pengukuran Getaran di Kapal
Teknik pengukuran getaran pada kapal erat kaitannya dengan simstem permesinan di dalam kapal. Kinerja mesin yang terjadi secara kontinyu menyebabkan tingkat getatran timbul di dalam kapal. Maka terdapat metode-metode yang berkaitan untuk mengukur tingkat getaran yang terjadi di dalam kapal. Pengukuran getaran di kapal nantinya merupakan bagian dari perencanaan redaman untuk mengurangi tingkat getaran yang tidak di butuhkan oleh kapal atau bahkan merugikan bagi kapal itu sendiri. Efek dari getaran yang tidak beraturan akan menimbulkan kebisingan yang berhubungan dengan keselamatan kerja. Untuk kebisingan efek yang terjadi pada anggota badan yaitu telinga.
Berikut adalah metode pengukuran getaran.
Metode Impact
Teknik pengukuran jenis ini digunakan untuk menentukan frekuensi alami dari materi struktur dan peralatan tertentu. Biasanya digunakan untuk melakukan pengecekan pada perancangan plat, panel dan penegar pada bagunan atas dan dinding tangki di area kamar mesin sebelum kapal selesai dikerjakan secara total. Jika terdapat indikasi adanya frekuensi natural yang berbahaya dari propeller dan main engine, perubahan pada waktu ini masih murah untuk galangan kapal.
Struktur alat biasanya di bagian atasnya terdapat dua sampai delapan accelerometer yang telah di pasang sebelum di beri magnet dengan tangan. Di pukul secara tidak berirama dengan palu, palu tersebut dipasangi bantalan karet pada permukaan pukulnya dan terdapat peralatan tambahan berupa accelerometers untuk pengukuran benturan paksa (berat palu telah diketahui). Sebagai hasilnya, komponen mendapatkan local deflect dan bergetar pada frekuensi naturalnya. Melekat dengan transfer function, dan secara terus menerus dimonitor pada FFT anlyser, menandai ketika pengukuran bisa dihentikan.
Electronic System
Pada umumnya, pengukuran getaran terutama lebih disukai menggunakan suatu sistem electronik yang menghasilkan suatu rekaman yang bersifat permanen. Alat Transducers memungkinkan untuk menghasilkan sinyal yang proporsional atau sebanding untuk akselerasi, percepatan atau pergantian jarak (displacement). Perekam pada sistem elektronik ini dapat di buat baik dari magnetic tape, kertas osilograf, atau di dalam format digital (computer).
Penggunaan kertas osilograf selema pengetesan getaran dimaksudkan agar jejak getaran bisa diperiksa secara langsung dan hal tersebut akan sangat menolong dalam mengevaluasi getaran yang ada. Ketika displacement dari pada percepatan dan akselerasi direkam, sinyal frekuensi rendah yang diinginkan berhubungan dengan gerakan suatu getaran yang penting adalah komponen utama yang harus direkam. Lalu, rekaman siap di evaluasi sejak dibawah kemungkinan frekuensi tinggi dengan amplitudo displacement yang rendah. Perlengkapan harus tersedia untuk pengendalian sistem yang sesuai guna mengakomodasi range amplitudo yang lebar.
Transducers dapat digunakan sesuai dengan media yang diukur getarannya. Adapun berbagai macam tipe dari transducers itu sendiri adalah sebagai berikut : 
1)  Transducer dengan ikatan baut pada permukaan uji dengan menggunakan ulir
2)  Transducer dengan ikatan semen pada permukaan uji
3)  Transducer dengan ikatan lapisan lilin
4)  Transducer dengan magnet permanen dilekatkan pada permukaan ferromagnetic.
5)  Transducer dipasang pada keranjang pada permukaan yang diuji
6)  Transducer di pegang langsung dengan tangan terhadap permukaan uji.    
Vibration Analyzer
Suatu alternatif dengan biaya yang cukup murah dalam pemantauan secara kontinu sinyal getaran adalah dengan mengambil data getaran dari mesin pada interval waktu rutin melalui alat vibration analyzer genggam yang dapat menampilkan output analisa getaran langsung ditempat seperti (nilai puncak, filter, RMS dan lainnya) dan spektrum FFT. Alat genggam ini dilengkapi dengan sebuah accelerometer vibration pick-up, sehingga teknisi pemeliharaan dapat secara aman menyentuh bagian yang akan dipantau pada tiap mesin dalam pemeriksaan rutin seperti ilustrasi pada gambar berikut.






Gambar 2. Ilustrasi Vibration Analyzer portabel dan data logger
Kondisi-kondisi dalam pengukuran
Pengetesan getaran di kapal disituasikan di bawah kondisi yang telah disetujui oleh galanagn dan pemilik kapal. Berikut adalah kondisi-kondisi yang pada umumnya dilakuakan pengukuran getaran.
Kondisi Lingkungan
  1. Keadaan Laut
Pengetesan harus dikondisikan pada keadaan laut tidak lebih dari persyaratan di bawah sejauh bisa dipraktekkan :
Sea state 1 untuk perahu kecil
Sea state 2 untuk kapal kecil (<10.000 ton)
Sea state 3 untuk kapal besar (>10.000 ton)
  1. Kedalaman Air
Pengetesan harus dilakukan tidak kurang dari 5 kali tinggi sarat kapal, dengan mesin yang berjalan pada kondisi normal. Jika kapal beroperasi pada air dangkal, kedalaman selama pengetesan bisa dianggap sebagai kondisi kedalaman normal.


Kondisi bermuatan
Kapal diballasting sampai pada displacement dan trim mungkin seperti pada kondisi operasi normal dengan kapasitas ballasting yang biasa dari kapal. Sarat kapal bagian belakang harus dipastikan bahwa propeller benar-benar tenggelam.
Kondisi berjalan kapal
Test harus dikondisikan pada kondisi berjalan berikut :
-          Free route run
Kondisi dimana kapal berjalan pada kecepatan konstan dan berjalan biasa atau penyesuaian kemudi.
-          Manuver
Test juga dikondisikan pada manuver-manuver berikut :
·       Hard turn port
·       Hard turn starboard
·       Crashback

B.     Teknik Pengukuran Kebisingan di Kapal
Di dalam kapal selain getaran, tingkat kebisingan juga di ukur. Hal ini merupakan salah satu cara untuk meminimalisir kebisingan yang terjadi di dalam kapal terutama ruang kerja dan ruang akomodasi. Sumber kebisingan adalah tempat utama yang harus dilakukan pengukuran kebisingan. Dari sumber kebisingan kemudian menuju ke tempat yang paling dekat dengan sumber kebisingan. Kemudian di lanjutkan ke tempat dengan tingkat kebisingan minimal.
Sleeping area merupakan tempat yang harus mempunyai tingkat kebisingan tidak boleh lebih dari 60 dB menurut aturan dari IMO. Hal ini disebabkan karena di sleeping area awak kapal tidak boleh mendengarkan suara bising yang dapat mengganggu waktu istirahat mereka. Jika kebisingan merambat ke dalam sleeping area maka di perlukan sebuah redaman suara untuk mengurangi tingkat kebisingan didalam sleeping area tersebut. Jika tidak dilakukan maka keselamatan kesehatan awak kapal akan terganggu dan dapat merusak kesehatan mereka atau cacat permanen seperti tuli.
Metode pengukuran tingkat kebisingan cukup sederhana yaitu menggunakan sound level meter. Penggunaan alat ini cukup mudah karena alat ini cukup peka terhadap suara yang ada disekitarnya. Satuan yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan adalah desibel (dB). Bentuknya yang simple bisa dipergunakan kapan saja dan dimana saja. Jadi ketika kita memakai alat ini untuk mengukur kebisingan dapat kita lihat hasilnya di monitor dari alat tersebut.














Gambar 3. Sound Level Meter

3 comments:

  1. mas, aku izin copas nggih.. maturnuwun
    (eko_siskal 2011)

    ReplyDelete
  2. aku yo ijin copas mas. achwan Satya K sak angkatan karo nduwur ku siskal 2011

    ReplyDelete
  3. ijin ngambil materi ini mas
    Syahrul Siam Siskal 2011 (P51)

    ReplyDelete

"Yang Copy-Paste, izin yah.! Biar berkah "
Pembaca yang baik. Setelah baca dikomeng. Budayakan Komenk Spontan.