Pendahuluan
Pipeline
Engineering atau bisa di
indonesiasikan dengan Teknik Perpipaan merupakan bidang keahlian baru yang
sebenarnya sudah lama. Pada jaman pertengahan abad ini, pemilihan pipa sebagai
satu alternatif pendistribusian minyak & gas merupakan suatu keputusan yang
tidak populer dilakukan. Hal ini dapat dimengerti, karena, ketika itu,
pengangkutan minyak/gas bumi dengan menggunakan mobil tangki ataupun kapal
tanker lebih mudah dan murah untuk dilakukan. Mudah karena company
cukup menyewa mobil tangki ataupun kapal tanker, murah karena
menyewa lebih murah dibandingkan dengan membangun sebuah pipeline yang
harganya tentu sangat mahal (engineering, procurement, and construction cost).
Oleh karena itu, ilmu teknik perpipaan tidaklah mempunyai sejarah yang cukup
panjang apabila dibandingkan dengan teknik mesin misalnya. Teknik perpipaan
berkembang seiring dengan meningkatnya permintaan pembuatan jaringan pipa
sebagai alternatif pendistrbusian minyak dan gas bumi.
Lambat laun pipeline
merupakan suatu alternatif yang menarik. Isu keselamatan, keamanan dan
lingkungan hidup ikut memacu berkembangnya industri perpipaan.Tidak seperti
sistem transportasi yang lain yang lebih kasat mata, pipeline beroperasi dengan diam dan
tak disadari kehadirannya oleh masyarakat. Seperti sistem sikulasi tubuh, pipeline
tidak terlihat tetapi merupakan jaringan distribusi yang vital dan merupakan
salah satu faktor penting dalam revolusi teknologi minyak dan gas bumi. Apabila
minyak dan gas merupakan “darah” industri, maka pipeline akan menjadi
“urat nadi” dan penghubung yang penting antara penyedia dan pengguna energi.
Ketika sistem pendistribusian lain “memindahkan” minyak & gas bumi dalam
proses pendistribusiannya dengan menggunakan kapal tanker ataupun truk tangki, pipeline
adalah sebuah struktur yang memanfaatkan tekanan dan kompresi untuk
mentransportasikan minyak & gas. Sehingga, tidaklah heran apabila tingkat
keamanan pipeline ini sangat tinggi dibandingkan penggunaan sistem
transportasi lainnya.
Akibat kemajuan
teknologi yang begitu pesat, pembangunan pipeline tidak lagi merupakan
sebuah pemborosan. Untuk design lifetime yang panjang, memiliki sebuah pipeline
tentu sebuah investasi yang menguntungkan dibandingkan dengan menyewa kapal
tanker. Tetapi tentu kita tidak bisa mengharapkan untuk membangun pipa dari LNG
Tangguh ke Fujian China untuk menjual gas bumi, perlu dilakukan kelayakan
pembangunan pipa yang didalamnya terkait dengan disiplin-disiplin ilmu lain
yang dapat berkonstribusi secara positif.
Apa saja tentang pipeline
engineering?
Secara simple
dan sedikit berguyon, orang sering mengatakan pekerjaan pipeline engineer
itu sangatlah mudah: kepanjangan ya dipotong, kependekkan ya di sambung.
Tetapi “peribahasa” diatas tidaklah terlalu salah.
Pipeline
engineering secara letak terbagi menjadi 2 bagian besar, offshore dan onshore
pipeline. Setiap bagian memiliki keunikan sendiri-sendiri. Onshore
pipeline mungkin sudah lebih dahulu berkembang. Pemasangan pipa air
PDAM, dan atau pemasangan kabel listrik tentu sedikit banyak mirip dengan
pemasangan pipa minyak & gas. Selain itu, lokasi sumur produksi yang lebih
dahulu di temukan di daratan juga ikut memacu berkembangnya onshore pipeline.
Pembangunan jalan raya yang notobene memiliki keserupaan alat-alat berat juga
memberikan ide tentang bagaimana menginstalasikan sebuah pipa.
Lain halnya dengan offshore
pipeline, pembangunan pipa di bawah laut sangat tergantung dari kondisi
lingkungan laut yang serba tidak pasti. Arus dan gelombang air laut merupakan
faktor utama desain. Ditambah dengan bentuk permukaan dasar laut yang kerap
berubah karena air laut juga sangat krusial. Masih ingat masalah pipa
pagerungan-nya BP/Pertamina? Konon katanya masalah ini terjadi karena perubahan
bentuk permukaan dasar laut sehingga membahayakan keutuhan pipa. Metocean data
yang akurat, sifat2 tanah, pengetahuan sifat gelombang air laut, merupakan
kunci penting dalam mendesain sebuah pipa di laut lepas. Dalam proses desain
tersebut, juga perlu diperhatikan metode penginstalasian yang dipilih.
Ketersediaan barge di area, kemampuan teknologi, dan ketersediaan dana
yang merupakan masalah klise karena semua teknologi untuk meng-instalasikan
pipa di laut lepas sangatlah mahal.
Pendidikan pipeline engineering
Teknik perpipaan di
industri minyak dan gas sendiri sepertinya tidak begitu diketahui oleh para
praktisinya. Cukup banyak engineer yang bertanya perbedaan antara pipeline
dan piping, mechanical dan pipeline, ataupun tubing dengan pipeline.
Hal ini berkembang karena kemiripan nama dan daerah “operasi” antara bidang
keahlian diatas. Juga sistem pendidikan kita di perguruan tinggi yang turut
berkontribusi ketidak jelasan antara bidang keahlian tersebut. Kalau bidang
keahlian mekanikal ada jurusan teknik mesin, sipil ada teknik sipil, proses ada
teknik kimia, material ada teknik material, reservoir ada teknik perminyakan.
Maka tidak mudah untuk mengetahui latar belakang pendidikan apa yang cocok
untuk menjadi seorang pipeline engineer.
Menurut seorang
panelis pada seminar “Material Science in Oil & Gas Industry” yang
diselenggarakan oleh Teknik Material ITB di Bandung 2001, pipeline engineering
adalah sebuah persilangan antara mechanical dan civil engineering.
Penulis juga dapat sepenuhnya setuju dengan pendapat seperti ini. Hal ini dapat
diindikasikan dengan melihat kurikulum pendidikan pipeline engineering
di UK
dan USA.
Pada kebanyakan universitas di Inggris (UCL London, Newcastle University, &
Cranfield University), pipeline engineering adalah sebuah pilihan yang
berada pada departemen teknik mesin. Tetapi yang terjadi di Amerika (Texas ATM,
California University, MIT) adalah kebalikannya,
pilihan pipeline engineering ini lebih banyak berada di bawah Depatemen
Teknik Sipil. Tetapi kalau kita melihat silabus mata kuliah pada kedua
universitas -yang berbeda negeri itu- dapatlah dikatakan sama. Hal ini
mencerminkan bahwa belum ada kesamaan pandangan tentang pipeline engineering
tersebut walaupun yang dipelajarinya sudah jelas atau sama.
Sementara yang
terjadi di Indonesia
juga belumlah secara explisit diketahui. Yang penulis tahu pada Jurusan Teknik
Mesin ITB ada sebuah mata kuliah pilihan yang mempelajari ASME B318. Tetapi
hanya khusus mempelajari standard tersebut saja. Yang menjadi perhatian penulis
adalah sangatlah rancu adanya apabila kita sebagai sebuah negara “archipelago”
yang memiliki banyak anjungan lepas pantai tetapi tidak mempunyai sumber daya
untuk dapat menjadi pemimpin dalam industri pipeline. Yang selama ini
terjadi adalah kita meng-import para expert untuk menjadi
konsultan paling mahal dalam sebuah proyek. Sehingga wacana untuk menghadirkan
sebuah pendidikan yang spesifik mengenai pipeline engineering dapatlah
menjadi sebuah wacana yang menarik untuk menjadikan bangsa Indonesia
sebagai tuan rumah di negeri sendiri.
Artikel yang bagus Mas. Sangat bermanfaat untuk orang yang baru masuk ke bidang ini dan mau melanjutkan pendidikan.
ReplyDeleteTadi dibahas tentang pipeline di UK dan US. Kalau di Eropa yang lain ada informasi nggak Mas? Misal di Belanda atau negara lain.
Kalau di Australia gimana ya? Soalnya saya lihat mechanical engineer di sana memang mechanical banget.
izin copas.. matursuwun..
ReplyDeleteizin copas mas , terimakasih , artikelnya sangat bgus. .
ReplyDeletesangat bagus mas artikelnya
ReplyDeleteSaya lebih setuju teknik piping masuk bagian sipil sebab sama sekali tidak berbau mekanikal.
ReplyDeleteMad saya mau tanya tentang perpipaan, boleh minta kontaknya?
ReplyDeleteNice Information
ReplyDeleteMungkin ada yang minat kerjasama dengan distributor pipa kami
kabar gembira, ada Jurusan Teknik Perpipaan di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya :)
ReplyDeletemakasih share nya...
ReplyDeletesetahu saya PPNS satu-satunya yang ada jurusan teknik perpipaan dan akreditasi jurusan sudah A