6.1 Dasar Teori
Salah satu sifat mekanik yang sangat
penting dan dominan dalam suatu perancangan konstruksi dan proses manufaktur
adalah kekuatan tarik. Kekuatan tarik suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik
(tensile test) yang dilaksanakan
berdasarkan standar pengujian yang telah baku
seperti ASTM, JIS, DIN dan yang lainnya.
Untuk melakukan pengujian tarik, dibuat
spesimen dari material yang akan diuji terlebih dahulu sesuai standart yang digunakan.
Bentuk spesimen sebagaimana ditunjukkan pada gambar 5.1 sedangkan gambar 5.2
menunjukkan pengambilan spesimen untuk pengujian hasil pengelasan.
Pada pengujian tarik, spesimen diberi
beban uji aksial yang semakin besar secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan
aksial tersebut, spesimen mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan
perubahan panjang (
) akan tercatat pada mesin uji tarik
berupa grafik yang merupakan fungsi beban dan pertambahan atau lebih di kenal
sebagai grafik P-
(gambar 5.3).
|
Gambar 6.2 Pengambilan spesimen untuk pengujian hasil pengelasan
Gambar 6.3 grafik P-
hasil pengujian tarik
beberapa logam
Dari gambar
5.3 di atas tampak bahwa sampai titik p, perpanjangan sebanding dengan
pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke, sedangkan titik p
merupakan batas berlakunya hukum tersebut. Oleh karena itu titik p disebut juga
batas proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang merupakan
batas elastis di mana bila beban dihilangkan maka belum terjadi pertambahan
panjang permanen dan spesimen kembali ke panjang semula. Daerah di bawah titik e
disebut daerah elastis. Sedangkan di atasnya disebut daerah plastis.
Di atas
titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni di mana logam mengalami pertambahan panjang
tanpa pertambahan beban yang berarti. Dengan kata lain titik yield
merupakan keadaan di mana spesimen terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi
yang yang dimulai dari titik y ini bersifat permanen sehingga bila beban dihilangkan
masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan panjang yang disebut deformasi
plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ketiga titik p, e dan y
sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan ketiga titik
tersebut cukup diwakili dengan titik y saja. Dalam kurva titik y ditunjukkan
pada bagian kurva yang mendatar atau beban relatif tetap. Penampakan titik y
ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang ulet seperti besi murni
dan baja karbon rendah, titik y tampak sangat jelas. Namun pada umumnya
penampakan titik y tidak tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan
titik y dengan menggunakan metode offset. Metode offset dilakukan dengan cara
menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah proporsional
dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y di dapat pada perpotongan
garis tersebut dengan kurva P-
(gambar 5.4)
Gambar
6.4 Metode offset untuk menentukan titik yield
Kenaikan
beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan semakin besar pada
keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum ditunjukkan dengan puncak kurva
sampai pada beban maksimum ini, deformasi yang terjadi masih homogen sepanjang
spesimen. Pada material yang ulet (ductile),
setelahnya beban maksimum akan terjadi pengecilan penampang setempat (necking), selanjutnya beban turun dan
akhirnya spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle), spesimen akan patah setelah
tercapai beban maksimum.
6.1.1 Grafik Tegangan-Regangan Teknik
Hasil pengujian yang berupa grafik
atau kurva
tersebut sebenarnya
belum menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan spesimen
saja. Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik
tersebut harus dikonversikan
ke dalam tegangan-regangan teknik (grafik
). Grafik
dibuat dengan asumsi
luas penampang spesimen konstan selama pengujian. Oleh karena itu penggunaan grafik ini terbatas
pada konstruksi yang mana deformasi permanen
tidak diperbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi luas penampang konstan tersebut
maka persamaan yang di gunakan adalah :
di mana
tegangan teknik (kg/mm2)
P =
tegangan teknik (kg)
Ao = luas penampang awal spesimen (mm2)
=
Adapun
langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva
ke dalam grafik
adalah sebagai berikut:
1. Ubahlah kurva
menjadi grafik
dengan cara menambahkan sumbu tegak sebagai P
dan sumbu mendatar sebagai
.
2. Tentukan skala beban (p) dan skala
pertambahan panjang
pada grafik
. Untuk menentukan skala beban bagilah beban maksimal yang didapat
dari mesin dengan tinggi kurva maksimal, atau bagilah beban yield (bila ada) dengan tinggi yield pada kurva. Sedangkan untuk
menentukan skala pertambahan panjang, bagilah panjang setelah patah dengan
panjang pertambahan plastis pada kurva. Panjang pertambahan plastis adalah
panjang pertambahan total dikurangi panjang pertambahan elastis (pertambahan
panjang sampai titik p atau titik y). Dari perhitungan tersebut akan didapatkan
data:
·
Skala beban (P) 1mm :
........... kN
·
Skala pertambahan panjang
1mm :
........... mm
3. Ambillah 3 titik di daerah elastis, 3
titik di sekitar yield ( termasuk y),
3 titik di sekitar beban maksimal
(termasuk u) dan satu titik patah (f). Tentukan besar beban dan
pertambahan panjang ke sepuluh titik tersebut berdasarkan skala yang telah dibuat
di atas. Untuk membuat tampilan yang baik, terutama pada daerah elastis,
tentukan terlebih dahulu kemiringan garis proporsional
dengan memakai
persamaan Hooke di bawah ini:
di mana
= tegangan/ stress
(kg/mm2, MPA,Psi)
ε =
regangan/strain (mm/mm, in/in)
Dari persamaan 5.3 di dapatkan :
=
………………………………… ………………………..….(5.4)
4. Konversikan kesepuluh beban (P) tersebut
ke tegangan teknik
dengan menggunakan persamaan 5.1 dan
konversikan pertambahan panjangnya
ke regangan teknik
dengan memakai
persamaan 5.2.
5. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar
dan sumbu tegak
berdasarkan ke sepuluh
titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 2.4) akan mirip dengan kurva
, karena pada dasarnya grafik
dengan kurva
identik, hanya besaran
sumbu-sumbunya yang berbeda.
Gambar
6.5 Grafik
hasil konversi dari grafik
6.1.2 Grafik Tegangan-Regangan sebenarnya
Grafik tegangan-regangan sebenarnya
dibuat dengan kondisi luas penampang yang terjadi selama pengujian.
Penggunaan grafik ini khususnya pada manufaktur di mana deformasi plastis yang
terjadi menjadi perhatian untuk proses pembentukkan. Perbedaan paling menyolok
grafik ini dengan dengan grafik
terletak pada keadaan kurva setelah titik u
(beban ultimate). Pada grafik
setelah titik u, kurva akan turun sampai patah
di titik f (frakture), sedangkan pada grafik
kurva akan terus naik sampai patah di titik f.
Kenaikkan tersebut disebabkan tegangan yang terjadi diperhitungkan untuk luas
penampang sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena tingkat
pengecilan penampang lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga lebih besar.
Adapun langkah-langkah untuk
mengkonversikan garfik
ke dalam grafik
adalah sebagai berikut:
- Ambil kembali kesepuluh titik pada
grafik
- Konversikan nilai tegangan dan regangan teknik ke dua titik tersebut menjadi tegangan dan regangan sebenarnya dengan menggunakan persamaan berikut:
di mana As = Luas penampang
sebenarnya. Untuk titik ke-10, A10
adalah luas penampang setelah patah, sedangkan untuk titik ke-9, A9
nilainya antara A0 dengan A10.
3. Buatlah grafik dengan sumbu mendatar
dan sumbu tegak
berdasarkan ke sepuluh titik acuan tersebut.
Gambar 6.6 Grafik Tegangan dan Regangan sebenarnya
6.1.3. Sifat Mekanik yang di dapat dari uji tarik
1. Tegangan Tarik yield
di mana
= tegangan yield
(kg/mm2)
Py = beban yield (kg)
2.
Tegangan Tarik Maksimum/ Ultimate
di mana
= tegangan ultimate
(kg/mm2)
pu = beban ultimate (kg)
3. Regangan
di mana
= regangan (%).
Regangan
tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.
4. Modulus Elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan
keuletan, maka modulus elastisitas menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin
besar nilai E, menandakan semakin kakunya suatu material. Harga E ini di turunkan
dari persamaan hukum Hooke sebagaimana telah di uraikan pada persamaan 5.3 dan 5.4.
Dari persamaan tersebut juga
nampak bahwa kekakuan suatu material relatif terhadap yang lain dapat di amati
dari sudut kemiringan
pada garis proporsional. Semakin besar
, semakin kaku
material tersebut.
5.
Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )
RA=[(A0-A’)/A0]
100%
di mana A’ = luas penampang setelah patah
(mm2)
Reduksi penampang dapat juga
di gunakan untuk menetukan keuletan material. Semakin tinggi nilai RA, semakin ulet
material tersebut.
6.2 Material
- Spesimen uji tarik plat.
- Spesimen uji tarik Beton nesser .
- Spesimen uji tarik Round Bar Reduce Section.
- Kertas milimeter
6.3 Peralatan
- Mesin uji tarik.
- Kikir.
- Jangka sorong.
- Ragum.
- Penitik.
- Palu.
6.4
Langkah Kerja
1.
Menyiapkan Spesimen
·
Ambil
spesimen dan jepit pada ragum.
·
Ambil
kikir, dan kikir bekas machining pada
spesimen yang memungkinkan menyebabkan salah ukur.
·
Ulangi
langkah di atas untuk seluruh spesimen..
2. Pembuatan
gauge length
·
Ambil
penitik dan tandai spesimen dengan dua titikan sejuh 50 mm. Posisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
·
Ulangi
langkah di atas untuk seluruh spesimen.
3. Pengukuran dimensi
·
Ambil
spesimen dan ukur dimensinya.
·
Catat
jenis spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.
·
Ulangi
langkah di atas untuk seluruh spesimen.
4.
Pengujian pada mesin uji tarik
·
Catat
data mesin pada lembar kerja.
·
Ambil
kertas milimeter dan pasang pada tempatnya.
·
Ambil
spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat.
·
Setting
beban dan pencatat grafik pada mesin tarik.
·
Berikan
beban secara kontinyu sampai spesimen patah.
·
Amati
dan catat besarnya beban pada saat yield,
ultimate dan patah sebagaimana yang tampak pada monitor beban.
·
Setelah
patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan luasan penampang yang patah
·
Ulangi
langkah di atas untuk seluruh spesimen.
No comments:
Post a Comment
"Yang Copy-Paste, izin yah.! Biar berkah "
Pembaca yang baik. Setelah baca dikomeng. Budayakan Komenk Spontan.