Thursday 23 February 2012

Sistem Sanitary



            Sistem Sanitary atau bisa disebut domestic water system adalah sistem distribusi air bersih (fresh water) di dalam
kapal yang digunakan oleh ABK dalam memenuhi kebutuhan akan air minum dan memasak, untuk mandi, mencuci dan lain-lain.

            Sedangkan untuk kebutuhan di WC (water closed) maka dengan perencanaan sistem yang sama digunakan sistem air laut (sea water) yang disuplai ke tiap deck yang memiliki kamar mandi. Kedua sistem pelayanan diatas memiliki dasar kerja yang sama menggunakan pompa otomatis untuk mensuplai fluida ke tangki yang sudah memiliki tekanan (hydropore) yang disuplai dari sistem udara tekan. Udara tekan ini direncanakan memiliki head dan tekanan yang memadai untuk dapat mensuplai air ketempat yang memerlukan, diantaranya kamar mandi, laundry room, galley, dan wash basin. Pompa dioperasikan secara otomatis dengan swicth tekanan yang bekerja berdasar level air yang dikehendaki [DA. Taylor].

a. Fungsi sistem sanitari.
  • Untuk melayani ABK dalam kebutuhan untuk saniter.
  • Diperlukan dalam proses treatment fecal sebagai pembilas.
b. Bagian-bagian dari sistem sanitari.
  • Closet dan urinal.
  • Pompa dan peralatan outfitting.
  • Hydrophore.
  • Filter.
  • Tangki.
  • Sewage treatment plan.

c. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain sistem sanitary.
  • Toilet dan kamar mandi pada tiap-tiap deck diusahakan satu jalur,untuk tujuan instalasi sederhana dan memudahkan dalam maintenance.
  • Kapasitas tangki fecal dan urinal disesuaikan dengan jumlahABK dan lama pelayaran.

Sewage Treatment



Pembuangan limbah yang tidak ditreatment di perairan teritorial pada umumnya tidak diperbolehkan oleh peraturan perundang-undangan. Peraturan Internasional berlaku untuk pembuangan limbah dalam jarak yang ditetapkan dari daratan. Sebagai hasilnya semua
kapal harus mempunyai sistem pembuangan limbah sesuai dengan standar yang ditentukan.
Secara alami limbah menyerap oksigen dan bila dalam jumlah yang besar dapat mengurangi oksigen.
Kandungan limbah yang dibuang secara langsung dapat menyebabkan ikan dan tumbuhan dilaut mati. Selain itu limbah juga mengandung bakteri yang menghasilakan gas sulfide hydrogen yang berbau busuk. Bakteri yang berasal dari kotoran manusia atau disebut juga dengan E.Coli dihitung dari suatu pengukuran sample air untuk menandai berapa jumlah bakteri yang terkandung dalam limbah. Ada dua jenis system untuk penanganan limbah,yaitu:

1. Metode kimia (Chemical Method),
adalah metode yang pada dasarnya menggunakan suatu tangki untuk menampung limbah padat dan akan dibuang pada area yang diijinkan pada tempat
penampungan limbah di pantai.

2. Metode biologi (Biological Method)
adalah perlakuan sedemikian rupa sehingga limbah dapat diperbolehkan untuk dibuang ke pantai.

a. Chemical Sewage Treatment
Sistem ini meminimalkan limbah yang dikumpulkan dan mengendapkannya sampai dapat dibuang ke laut. Dengan cara mengurangi kandungan cairan sesuai dengan peraturan perundang – undanganPembuangan limbah dari pencucian, wash basin, air mandi dapat langsung dibuang ke overboard. Cairan dari kakus dapat digunakan lagi sebagai air pembilas untuk kamar mandi. Cairan harus diolah sedemikian rupa dalam kaitannya dengan penampilan dan bau yang dapat diterima. Berbagai bahan kimia ditambahkan pada poin – poin berbeda untuk bau dan perubahan warna dan juga untuk membantu dalam penguraian dan sterilisasi. Suatu communitor digunakan untuk memisahkan limbah dan membantu proses penguraian kimia. Material padat disimpan dalam settling tank dan disimpan sebelum dibuang ke sullage tank: cairan didaur ulang untuk digunakan sebagai pembilasan. Test harus dilakukan setiap hari untuk memeriksa dosis bahan kimia. Hal ini untuk mencegah bau yang menyengat dan juga untuk menghindari karatan.

b. Biological Sewage Treatment
Pembuangan limbah yang ditreatment sedemikian rupa sehingga limbah dapat dibuang dipantai

3. Hydropore

Peran air pressure system pada sistem Hydrophore berfungsi sebagai pemberi bantalan udara bertekanan pada tangki hydrophore. Bantalan udara memberi tekanan pada air didalam tangki hydrophore hingga mencapai tekanan maksimum.
Pada tekanan maksimum ini
pompa mulai tidak dapat bekerja. Sedangkan jika saluran air dibuka air akan mengalir sebagai akibat tekanan yang diberikan oleh bantalan udara, air yang keuar menyebabkan volume ruangan didalam tangki hydrophore bertambah maka akan mengurangi tekanan tangki hydrophore. Jika tekanan turun sampai pada tekanan 3,73 kg/cm2, maka pressure relay switcher akan bekerja otomatis menghidupkan Fresh Water Pump dan mengisi kembali tangki hydrophore hingga volume udara berkurang dan tekanannya meningkat. Selanjutnya jika tekanan mencapai 5,5 kg/cm2, maka pompa akan diberhentikan secara otomatis melalui pressure relay switcher.
Hydropore digunakan untuk melayani sistem air tawar atau air laut yang diperlukan untuk sanitari, air minum, dan air tawar. Pertimbangan perhitungan kapasitasnya dengan memperhatikan jumlah ABK dan berdasar standart U.S. sebesar 114 liter/orang/hari sehingga didapatkan spesifikasi hydropore UH 102 produk dari SHINKO dengan kebutuhan udara tekan sebesar 5 bar. Kebutuhan udara tekan ini akan di suplai dari sistem udara tekan melalui reduction
valve untuk menurunkan tekanan dari 30 bar menjadi 5 bar.


4. Recirculating Holding System
Sistem ini tidak didesain untuk menghasilkan saluran yang memadahi untuk membuang sewage dalam area yang terkontrol. Sistem ini didesain untuk memenuhi jumlah minimum kotoran sanitari kapal selama kapal berlabuh. Kemudian dapat dipompakan keluar pada area bebas atau fasilitas yang didapat dari pelabuhan. Cairan yang memenuhi diminimumkan oleh pembuangan air yang sudah kotor dari shower, bak mandi, pencuci tangan, dapat langsung dibuang ke overboard dan dengan menggunakan cairan yang dikumpulkan didalam holding tank sebagai pembilas dan media pemindah. Parameter sistem ini untuk menghasilkan cairan yang disirkulasi ulang sehingga akan diterima dengan layak dan relatif tidak berbahaya. Kotoran yang memenuhi harus diterima setelah periode pengendapan yang lama ke fasilitas pelabuhan. Pada desain untuk kapal ini menggunakan jenis chemical recirculating sistem. Penting sekali untuk menjaga kadar kimia secara tepat dan ini ditentukan oleh pengambilan sample setiap hari dan dilakukan tes kimia yang sederhana, Kegagalan untuk menjaga kadar yang tepat dapat dihasilkan dari bau kimia dari air bilas dan warna yang pekat. Dengan kadar yang tidak tepat memungkinkan untuk meningkatkan alkaline yang akan menyebabkan korosi pada pipa dan tangki.

5. Rules mengenai Sistem Sanitari

BKI Volume III 1996 Adapun peraturan kelas yang penting sebagaimana diatur dalam Volume III BKI 1996 dalam merencanakan sistem sanitari di kapal adalah sebagai berikut:
Pipa-pipa pembuangan dari pompa-pompa pembuang air kotor harus dilengkapi dengan storm
valve dan pada sisi lambung dengan gate valve. Katup tak balik harus diatur pada bagian hisap atau bagian tekan dari pompa air kotoran yang bekerja sebagai alat pelindung aliran kembali kedua.
Pipa-pipa pengering saniter yang terletak di bawah geladak sekat pada kapal-kapal penumpang, harus dihubungkan dengan tangki pengumpul kotoran. Umumnya tangki semacam itu akan dilengkapi untuk tiap-tiap kompartemen kedap air.
Jika pipa-pipa pengering dari beberapa kompartemen kedap air dihubungkan pada satu tangki, pemisahan kompartemen-kompartemen ini harus terjamin dengan gate
valve (remote controlled gate valve) jarak jauh pada sekat kedap air. Katup tersebut harus dapat dilayani dari atas geladak sekat dan dilengkapi indicator dengan tanda terbuka atau tertutup.
Bahan-bahan pipa umumnya harus tahan terhadap korosi baik pada bagian dalam maupun pada bagian luar. Hasilnya tidak menunjukkan kotoran padat yang terapung, berwarna, dan mencemari air sekitar.

Saturday 18 February 2012

METODE PENANGGULANGAN TUMPAHAN MINYAK DI LAUT



 Langkah pertama yang harus dilakukan dalam penangannan tumpahan minyak (oil spill) di laut adalah dengan cara melokalisasi tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms), yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa (oil skimmers) ke sebuah fasilitas penerima "reservoar" baik dalam bentuk tangki ataupun balon. Langkah penanggulangan ini akan sangat efektif apabila dilakukan di perairan yang memiliki hidrodinamika air yang rendah (arus, pasang-surut, ombak, dll) dan cuaca yang tidak ekstrem.
Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent dan penggunaan bahan kimia dispersan.Setiap teknik ini memiliki laju penyisihan minyak berbeda dan hanya efektif pada kondisi tertentu.

a. In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan air sehingga mampu mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi, yang dijumpai dalam teknik penyisihan secara fisik. Cara ini membutuhkan ketersediaan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Beberapa kendala dari cara ini adalah pada peristiwa tumpahan besar yang memunculkan kesulitan untuk mengumpulkan minyak dan mempertahankan pada ketebalan yang cukup untuk dibakar serta evaporasi pada komponen minyak yang mudah terbakar. Sisi lain, residu pembakara yang tenggelam di dasar laut akan memberikan efek buruk bagi ekologi. Juga, kemungkinan penyebaran api yang tidak terkontrol.

 b. Cara kedua yaitu penyisihan minyak secara mekanis melalui dua tahap yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer. Upaya ini terhitung sulit dan mahal meskipun disebut sebagai pemecahan ideal terutama untuk mereduksi minyak pada area sensitif, seperti pantai dan daerah yang sulit dibersihkan dan pada jam-jam awal tumpahan. Sayangnya, keberadaan angin, arus dan gelombang mengakibatkan cara ini menemui banyak kendala.

 c. Cara ketiga adalah bioremediasi yaitu mempercepat proses yang terjadi secara alami, misalkan dengan menambahkan nutrien, sehingga terjadi konversi sejumlah komponen menjadi produk yang kurang berbahaya seperti CO2 , air dan biomass. Selain memiliki dampak lingkunga kecil, cara ini bisa mengurangi dampak tumpahan secara signifikan. Sayangnya, cara ini hanya bisa diterapkan pada pantai jenis tertentu, seperti pantai berpasir dan berkerikil, dan tidak efektif untuk diterapkan di lautan.



d. Cara keempat dengan menggunakan sorbent yang bisa menyisihkan minyak melalui mekanisme adsorpsi (penempelan minyak pada permukaan sorbent) dan absorpsi (penyerapan minyak ke dalam sorbent). Sorbent ini berfungsi mengubah fasa minyak dari cair menjadi padat sehingga mudah dikumpulkan dan disisihkan. Sorbent harus memiliki karakteristik hidrofobik,oleofobik dan mudah disebarkan di permukaan minyak, diambil kembali dan digunakan ulang. Ada 3 jenis sorbent yaitu organik alami (kapas, jerami, rumput kering, serbuk gergaji), anorganik alami (lempung, vermiculite, pasir) dan sintetis (busa poliuretan, polietilen, polipropilen dan serat nilon).


e. Cara kelima dengan menggunakan dispersan kimiawi yaitu dengan memecah lapisan minyak menjadi tetesan kecil (droplet) sehingga mengurangi kemungkinan terperangkapnya hewan ke dalam tumpahan. Dispersan kimiawi adalah bahan kimia dengan zat aktif yang disebut surfaktan (berasal dari kata : surfactants = surface-active agents atau zat aktif permukaan).

SISTEM BAHAN BAKAR




4.1     Umum
Sesuai dengan rekomendasi yang ada dari MAN BW untuk type engine S35MC dimana mesin ini dapat mengunakan bahan bakar dengan jenis MDO dan HFO dimana untuk pengunaan MDO hanya diperbolehkan untuk operasi selama 12 jam Operasi mesin.  Rute kapal KM.INTERNAZIONALE ini adalah dari Surabaya – Singapore dimana dalam perancangan ini Kapal akan melakukan bunkering di Manila dan Surabaya untuk mengisi bahan bakar.  Jenis bahan bakar yang akan diisi di Surabaya sesuai dengan Project Fuel yang ada di Pertamina adalah dengan Spefisikasi:

  


4.2            Storage To Settling Tank (Transfer Sistem)
4.2.1      Storage Tank
Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dari Surabaya-Manila container port dengan jarak 1394 Miles dengan kecepatan service 18 Knot membutuhkan bahan bakar sebesar 132,61 Ton sehingga untuk menyimpan bahan bakar disiapkan storage tangki yang ada di double bottom dengan Volume 139,2 myang berada pada frame 44 sampai dengan frame 56.
4.2.2      Pipa Transfer Pump
Untuk mentransfer bahan bakar dari storage ke settling digunakan pipa dengan Standart JIS-71 02 15 nominal pipe size 6 inchi Schedule 40.
4.2.3      Transfer Pump
Jenis pompa yang dipilih adalah dengan type pompa gear pump dengan Spesifikasi:
Type               :     Centrifugal Pump
Debit              :     43,  m3/h
Head              :     20 m
Daya              :     11,7 hp
4.2.4      Settling Tank
Jumlah bahan bakar untuk keperluan harian sesuai dengan rekomendasi dari engine maker dimana volumenya harus dapat menyuplai engine untuk 24 jam operasi jadi untuk memenuhi kebutuhan volume sebesar 41,47 m3






4.3            Settling To Service System (Supply System)
4.3.1      FO Pipes
Untuk memenuhi kebutuhan debit berdasarkan projeck guide maka dipilih pipa dengan mengunakan standart JIS-71 02 15 Schedule 40 dengan nominal diameter 6 Inch
4.3.2      Pre-heater fo separator
Jenis Heater yang dipilih adalah dengan mengunakan electric heater for oil dengan Spesifikasi sebagai berikut:
Type
AALBORG tipe 20
  kW =
17
kW
length           =
850
mm
height           =
1174
mm




4.3.3      Separator
Sesuai dengan rumus yang direkomendasikan oleh engine maker maka maka dipih separator dengan spesifikasi sebagai berikut:
merk =
Alva Laval

type =
SU 300

Capacity =
2400
l / h
Volume =
1,8
m3
pressure =
2 - 6 bar

4.3.4      pSupply pump ( Circulation)
a) Circulation pump
Jenis pompa yang dipilih adalah dengan type pompa gear pump dengan Spesifikasi:
Merk pompa
: Iron Pump



Type
: ON-V 5/ vertical gear pump


RPM
: 850
rpm


capacity
: 9.5
m3/h


Power
: 1.6
hp
1,17664
kW
Head
: 20
m





4.3.5      Service tank

Volume serice tank sama dengan volume settling tank dimana volume tanki untuk day tank dengan volume 13.82 m3

4.4            Auxiliary Engine Fuel System
Sistem bahan bakar pada auxiliary engine terintegrasi dengan system main engine. Namun hanya sebatas pada system MDO nya saja. Dari MDO storage tank lalu ditransfer ke MDO service tank lalu didistibusikan ke masing-masing auxiliary engine yaitu generator dengan daya 176 kW