Saturday, 18 February 2012

GENERAL SERVICE SYSTEM



A.   PENDAHULUAN  
General service system merupakan salah satu kebutuhan yang harus terpenuhi dan harus terdapat pada suatu kapal.  General service sendiri terbagi atas beberapa bagian, yaitu Sistem bilga (Bilge System), Sistem balas (Ballast System), dan Sistem pemadam kebakaran (Fire Main System). Dari beberapa sistem tersebut selain menggunakan general service juga terdapat pompa utama yang melayani kebutuhan untuk hal tersebut. Ada 2 hal yang utama dalam penentuan spesifikasi kebutuhan tersebut. Hal pertama yaitu pemilihan pipa.  Di dalam melakukan pemilihan pipa banyak sekali hal yang harus dipertimbangkan baik itu pemilihan dari segi material pipa yang nantinya berhubungan dengan tingkat kekorosifitas terhadap fluida kerja, pemilihan ketebalan pipa yang sesuai dimana nantinya berhubungan dengan stress pipa, pemilihan schedule pipa yang disesuaikan dengan tekanan dan temperatur dari fluida kerja, serta standard pipa yang direkomendasikan oleh Rules & Regulation yang dipilih.
            Pada bab ini akan dijelaskan pengertian dari sistem bilga, sistem balas, dan sistem pemadam kebakaran secara lebih dalam mulai dari pengertian umum dari masing-masing sistem, arrangement dari sistem yang disesuaikan dengan rules & regulation, serta  pengertian lanjut yang diambil dari beberapa sumber.

B.    SISTEM BILGA (BILGE SYSTEM)
B.1. SISTEM BILGA (BILGE SYSTEM)
B.1.1 Pengertian Umum
Sistem bilga merupakan sebuah sistem yang ada pada kapal dimana sistem bilga memiliki fungsi utama sebagai sistem keselamatan pada kapal. Pompa bilga menyediakan kebutuhan emergency / darurat untuk menguras (dewatering) dari seluruh kompartement kedap air, kecuali pada tanki balas (ballast), oil tank, dan tangki air tawar yang independen. Maksud dari independen ialah tanki yang dapat diisi dan dikosongkan.
Pada sistem bilga terdiri dari dua buah sistem yaitu, sistem bilga dan sistem bilga di kamar mesin. Kedua sistem tersebut diinstall secara terpisah satu sama lain. Hal itu dikarenakan fluida kerja yang digunakan berbeda, untuk sistem bilga di kamar mesin fluida kerja yang digunakan berupa minyak , atau minyak yang bercampur dengan air sedangkan pada sistem bilga, fluida kerja yang digunakan berupa air saja.
Jumlah dan kapasitas dari pompa bilga ditentukan berdasarkan dari ukuran kapal, tipe kapal dan fungsi dari kapal itu. Untuk jumlah dari pompa bilga minimal harus tersedia 2 buah pompa. Selain itu, salah satu dari pompa bilga juga dapat melayani sistem-sistem yang lain (general service systems) seperti sistem balas, sistem pemadam kebakaran, atau seawater cooling. Serta minimal harus tersedia satu buah pompa bilga yang selalu tersedia untuk memompa bilga. Penempatan pompa bilga juga harus dipertimbangkan, penempatan pompa bilga berada pada ruang kedap yang tepisah, karena hal itu menjaga agar ketika terjadi flooding pompa masih bisa dioperasikan.
Salah satu hal yang penting lagi ialah pada sisi suction. Jumlah dari sisi suction harus mencukupi agar proses dewatering dapat dilakukan dalam segala kondisi hingga kondisi yang paling terburuk  (gbr.1) dan suction harus dilokasikan pada sisi terendah dari ruangan (gbr.1).



Gbr.1 Kondisi kapal normal vs Flooding
Terlihat pada gambar 1. Bahwa sistem bilga harus mampu beroperasi walau kapal dalam keaadaan terburuk yaitu flooding dimana kondisi air telah masuk  pada salah satu kompartmen. Sesuai dengan gambar di atas , hal yang harus diperhatikan didalam mendesain sistem bilga, ialah pada pemilihan pompa dilakukan. Dimana pompa harus mampu head yang muncul apabila kapal mengalami flooding. Tidak lupa pada setiap suction harus disediakan strainer yang berfungsi untuk menyaring kotoran-kotoran yang bercampur dengan air ketika kapal mengalami flooding. Strainer harus terpasang se-efisien mungkin,, dimana nantinya strainer dapat diakses dan dilakukan pembersihan dengan mudah dari top plate
Pompa bilga secara normal, menguras kompartemen dan membuang secara langsung menuju overboard . Oleh karena itu, ketika pompa bilga digunakan untuk melayani sistem lain, katup (valves) harus disediakan sehingga pompa bilga dapat terisolasi dari sistem lain yang terhubung dengan sistem bilga.

B.1.2. Dasar Perhitungan
            Perhitungan-perhitungan sistem bilga pada kapal ini berdasarkan pada Bureau Veritas Rules & regulation. Part C. Chapter 1 section 10.
1.    Kapasitas Pompa

Q min =5.66 d2 x 10-3     ; (m3/hr)    
(Class LR, Part C, Chapter 1, Sec 10, hal :162 : 6.7.4)
                       
Dimana,
Q         = Kapasitas minimum pompa bilga          (m3/h)
d          = Diameter dalam pipa bilga                      (mm)
 perihal yang disyaratkan :
-       kecepatan aliran pada pompa bilga untuk memompakan air melalui pipa tidak boleh kurang dari 1 m/s dan tidak boleh lebih dari 3 m/s
-       untuk pemilihan pompa bilga diharuskan self-priming type dengan jenis pompa sentrifugal

2.    Diameter Pipa
a)    Diameter Pipa utama bilga
(Class LR,Part C, Chapter 1, Sec 10, hal 163 : 6.8.1)
Dimana,
d          = Diameter dalam pipa utama bilga   (mm)
L          = Rule length of ship               (m)
B          = Breadth Moulded                             (m)
D         = Tinggi geladak                                 (m)

b)    Diameter Pipa Cabang Bilga
d1 = 2,16√ L1 x ( B + D) + 25
(Class LR, Part C, Chapter 1, Sec 10, hal :163 : 6.8.3)
Dimana,
d1        = Diameter dalam pipa cabang bilga              (mm)
C          = Panjang Kompartment                                (m)

3.    Bilge Well
Ukuran dari bilge well harus mampu menampung air dengan kapasitas tidak boleh kurang dari 0,15 m3

B.1.2. SISTEM BILGA DI KAMAR MESIN (OILY-BILGE SYSTEM)
Sistem bilga dikamar mesin merupakan sebuah sistem yang harus mampu menggabungkan dan membuang oily-waste dan waste-oil yang terkumpul di kamar mesin. Kata oily-waste merujuk kepada air yang tercampur dengan minyak dimana kandungan dari air mendominasi campuran. Sedangkan waste-oil sebaliknya, waste-oil merujuk kepada air yang tercampur dengan minyak dimana kandungan dari minyak mendominasi campuran. Perlu diperhatikan kedua jenis tersebut (oily-waste & waste oil) tidak bisa langsung dibuang menuju overboard, dikarenakan kedua fluida tersebut regulation menetapkan keduanya dapat menyebabkan air dapat tercemar.
Sistem bilga di kamar mesin, selalu terpisah dengan sistem bilga dengan tujuan untuk menghindari agar oli tidak terkontaminasi dengan sistem perpipaan pada sistem bilga, dimana oli dapat mengganggu jalannya pembuangan sistem bilga menuju overboard. Cairan yang terkumpul di kamar mesin dikumpulkan pada bilge-well di kamar mesin.
Sistem kerja dari bilga di kamar mesin ialah sebagai berikut :
1.    Oily-waste yang terkumpul di bilge well di alirkan terlebih dulu menuju oily-waste collecting tank.
2.    Setelah terkumpul di oily-waste collecting tank, oily-waste kemudian di proses dengan menggunakan Oily water separator (OWS). Dimana sistem kerja dari OWS memisahkan air dengan oli yang terkumpul di oily waste collecting tank hingga oily-waste sudah masuk dalam kategori dapat dibuang menuju overboard.
3.    Alat untuk mengukur kandungan oily-waste agar dapat dibuang menuju overboard dinamakan oil content monitor (OCM). Sistem kerja dari OCM cukup sederhana, apabila kandungan dari oily-waste kurang dari batasan OCM, maka oily-waste langsung dibuang menuju overboard. Sedangkan apabila, oily-waste memiliki kandungan melampaui batas dari OCM maka oily waste dialirkan menuju waste-oil collecting tank.
4.    Aliran dari OCM menuju Waste-Oil Collecting Tank, dialirkan secara terpisah. Untuk Oli menuju ke tempat penyimpanan yaitu waste oil collecting tank. Sedangkan air akan menuju ke oily-waste collecting tank.
Kedua collecting tank (oily-waste & waste-oil) harus disediakan sistem perpipaan menuju shore connection baik itu di portside / starboard

C.    SISTEM  BALAS (BALLAST SYSTEM)
Sistem bilga dan sistem balas memiliki fungsi yang jelas dimana sistem bilga berfungsi sebagai sistem pengurasan compartment apabila kapal mengalami flooding (ship safety). sedangkan sistem balas berfungsi untuk mengatur kestabilitasan kapal ketika kapal dalam keadaan trim /draft dengan cara mengisi atau mengosongkan tangki balas yang tersedia.
Pertimbangan-pertimbangan yang yang dilakukan pada sistem balas ini berupa kapasitas  dari pompa balas yang diatur berdasarkan lama waktu dari bongkar muat (loading unloading), kemudian pengaturan pengisian dan pengkosongan tanki balas terhadap sarat air pada terminal.
Untuk sistem perpipaan dari sistem balas hamper sama dengan sistem bilga,letak perbedaannya pada sistem balas tidak memerlukan check valve pengaturan sistem perpipaan  diatur sedemikian rupa sehingga sewaktu-waktu balas dapat dipindahkan dari tanki satu dengan yang lain serta mampu mengisi dan mengosongkan tanki dengan air laut. 
Tanki balas dan sistem perpipaannya sepenuhnya terpisah dari cargo oil tank, dengan tujuan untuk menghilangkan kemungkinan bercampurnya oli ketika debalasting (proses pengosongan tangki balas). Pompa balas, diletakkan di pump room, dan disusun agar suction tersambungkan dengan kedua seachest. Serta harus disediakan bypass agar proses ballasting (proses pengisian tangki balas) secara gravitasi.

D.    SISTEM PEMADAM KEBAKARAN (FIRE MAIN SYSTEM)
Sistem pemadam kebakaran (fire main system) menyuplai air laut pada tekanan tinggi menuju kapal. Air laut, merupakan salah satu alat pemadam kebakaran pada kapal yang memiliki suplai yang sangat besar, air laut dapat diaplikasikan secara stream atau spray yang disesuaikan dengan kondisi kebakaran yang terjadi dan air laut merupakan alat pendingin dimana dapat menghalangi material yang mudah terbakar untuk melakukan reflashing, memperlambat penyebaran api di kapal, serta memproteksi personil pemadam kebakaran.
Komponen utama pada sistem pemadam kebakaran (fire main system) ialah sebuah pompa sentrifugal yang dioperasikan pada tekanan yang tinggi untuk menghasilkan penyebaran air yang efektif baik itu secara streaming, penetration, dan spray. Komponen utama lain ialah rancangan sistem perpipaan pada kapal.  Kesemua komponen yang terdapat pada sistem pemadam kebakaran didesain berdasarkan ukuran kapal, tipe kapal, serta fungsi dari kapal itu sendiri.
Aplikasi dari sistem perpipaan pada umumnya didesain secara tidak langsung untuk perlindungan terhadap kebakaran dan harus dipastikan bahwa sistem ini dapat beroperasi ketika keadaan darurat dengan susunan pompa dan katup yang sederhana. Pompa pemadam kebakaran juga dapat digunakan untuk melayani sistem lain seperti bilga, balas dan seawater cooling tetapi harus diperhatikan bahwa pompa pemadam kebakaran harus disediakan minimal satu buah pompa disediakan agar sewaktu waktu dapat digunakan. Pompa pemadam kebakaran tidak boleh disambungkan dengan segala macam oil pipping. Untuk penggabungan sistem perpipaan dari sistem bilga diijinkan tetapi hanya untuk emergency dewatering.
Minimal, dua buah pompa pemadam kebakaran harus disediakan. Perencanaan pelatakan pompa pemadam kebakaran diletakkan bersamaan dengan lokasi sumber air yaitu seachest ataupun sumber daya untuk menggerakkan pompa. Hal ini ditujukan untuk memastikan bahwa pompa dapat beroperasi.
Secara umum kebutuhan kapasitas setiap pompa pemadam kebakaran harus mencangkup 2 kriteria yaitu berdasar minimum flow rate berdasar ukuran kapal dan kapasitas masing-masing pompa harus mencukupi kebutuhan dari hose stream ketika pompa mensuplai kebutuhan selain pemadam kebakaran. Untuk kapasitas kedua buah pompa, harus mencukupi  kebutuhan dari hose stream, ketika pompa pemadam kebakaran mensuplai sprinkle system.
Untuk head dari pompa harus cukup dengan tekanan minimal 50 psi untuk kapal non-tanker dan 75 psi untuk kapal tanker. Head pompa pemadam kebakaran juga harus mampu mensuplai menuju high fireplugs  di tempat tertinggi dari superstructure. Untuk letak dari fireplugs harus diletakkan ditempat dimana dapat diakses dengan mudah  oleh crew ketika dalam kapal sedang beroperasi, dengan jarak minimal 50 ft.
Untuk membantu kinerja dari sistem pemadam kebakaran , fixed fire-extinguisher systems harus terpasang sesuai dengan jenis-jenis kebakaran. Antara lain Foam systems, Halon Systems, Carbon-dioxide systems, Sea water sprinkling systems.

1 comment:

"Yang Copy-Paste, izin yah.! Biar berkah "
Pembaca yang baik. Setelah baca dikomeng. Budayakan Komenk Spontan.