General service system
merupakan salah satu kebutuhan
yang harus terpenuhi dan harus terdapat pada suatu kapal. General service sendiri terbagi atas
beberapa bagian, yaitu Sistem
bilga (Bilge System), Sistem balas (Ballast System), dan Sistem pemadam
kebakaran (Fire Main System). Dari beberapa sistem tersebut selain
menggunakan general service juga terdapat pompa utama yang melayani kebutuhan
untuk hal tersebut. Ada 2 hal yang utama dalam penentuan
spesifikasi kebutuhan tersebut. Hal pertama yaitu pemilihan pipa. Di
dalam melakukan pemilihan pipa banyak sekali hal yang harus dipertimbangkan baik
itu pemilihan dari segi material pipa yang nantinya berhubungan dengan tingkat kekorosifitas
terhadap fluida kerja, pemilihan ketebalan pipa yang sesuai dimana nantinya
berhubungan dengan stress pipa,
pemilihan schedule pipa yang disesuaikan
dengan tekanan dan temperatur dari fluida kerja, serta standard pipa yang
direkomendasikan oleh Rules &
Regulation yang dipilih.
Pada
bab ini akan dijelaskan pengertian dari sistem bilga, sistem balas, dan sistem
pemadam kebakaran secara lebih dalam mulai dari pengertian umum dari
masing-masing sistem, arrangement dari
sistem yang disesuaikan dengan rules
& regulation, serta pengertian lanjut yang diambil dari beberapa sumber.
B.
SISTEM BILGA (BILGE
SYSTEM)
B.1. SISTEM BILGA (BILGE
SYSTEM)
B.1.1 Pengertian Umum
Sistem
bilga merupakan sebuah sistem yang ada pada kapal dimana sistem bilga memiliki
fungsi utama sebagai sistem keselamatan pada kapal. Pompa bilga menyediakan
kebutuhan emergency / darurat untuk
menguras (dewatering) dari seluruh
kompartement kedap air, kecuali pada tanki balas (ballast), oil tank, dan
tangki air tawar yang independen. Maksud dari independen ialah tanki yang dapat
diisi dan dikosongkan.
Pada
sistem bilga terdiri dari dua buah sistem yaitu, sistem bilga dan sistem bilga
di kamar mesin. Kedua sistem tersebut diinstall secara terpisah satu sama lain.
Hal itu dikarenakan fluida kerja yang digunakan berbeda, untuk sistem bilga di
kamar mesin fluida kerja yang digunakan berupa minyak , atau minyak yang bercampur
dengan air sedangkan pada sistem bilga, fluida kerja yang digunakan berupa air
saja.
Jumlah
dan kapasitas dari pompa bilga ditentukan berdasarkan dari ukuran kapal, tipe
kapal dan fungsi dari kapal itu. Untuk jumlah dari pompa bilga minimal harus
tersedia 2 buah pompa. Selain itu, salah satu dari pompa bilga juga dapat
melayani sistem-sistem yang lain (general
service systems) seperti sistem balas, sistem pemadam kebakaran, atau seawater cooling. Serta minimal harus
tersedia satu buah pompa bilga yang selalu tersedia untuk memompa bilga.
Penempatan pompa bilga juga harus dipertimbangkan, penempatan pompa bilga
berada pada ruang kedap yang tepisah, karena hal itu menjaga agar ketika
terjadi flooding pompa masih bisa
dioperasikan.
Salah
satu hal yang penting lagi ialah pada sisi suction. Jumlah dari sisi suction
harus mencukupi agar proses dewatering
dapat dilakukan dalam segala kondisi hingga kondisi yang paling terburuk (gbr.1) dan suction harus dilokasikan pada
sisi terendah dari ruangan (gbr.1).
Gbr.1 Kondisi kapal
normal vs Flooding
Terlihat
pada gambar 1. Bahwa sistem bilga harus mampu beroperasi walau kapal dalam
keaadaan terburuk yaitu flooding
dimana kondisi air telah masuk pada salah
satu kompartmen. Sesuai dengan gambar di atas , hal yang harus diperhatikan
didalam mendesain sistem bilga, ialah pada pemilihan pompa dilakukan. Dimana
pompa harus mampu head yang muncul apabila kapal mengalami flooding. Tidak lupa
pada setiap suction harus disediakan strainer yang berfungsi untuk menyaring
kotoran-kotoran yang bercampur dengan air ketika kapal mengalami flooding. Strainer harus terpasang se-efisien mungkin,, dimana nantinya strainer dapat diakses dan dilakukan
pembersihan dengan mudah dari top plate
Pompa
bilga secara normal, menguras kompartemen dan membuang secara langsung menuju overboard . Oleh karena itu, ketika
pompa bilga digunakan untuk melayani sistem lain, katup (valves) harus disediakan sehingga pompa bilga dapat terisolasi
dari sistem lain yang terhubung dengan sistem bilga.
B.1.2. Dasar Perhitungan
Perhitungan-perhitungan
sistem bilga pada kapal ini berdasarkan pada Bureau Veritas Rules & regulation. Part C. Chapter 1 section 10.
1.
Kapasitas Pompa
Q min =5.66 d2 x 10-3 ; (m3/hr)
|
(Class LR, Part C,
Chapter 1, Sec 10, hal :162 : 6.7.4)
Dimana,
Q = Kapasitas
minimum pompa bilga (m3/h)
d = Diameter
dalam pipa bilga (mm)
perihal yang
disyaratkan :
- kecepatan aliran pada pompa bilga untuk memompakan air
melalui pipa tidak boleh kurang dari 1 m/s dan tidak
boleh lebih dari 3 m/s
- untuk pemilihan pompa bilga diharuskan self-priming type dengan jenis pompa sentrifugal
2.
Diameter Pipa
a)
Diameter Pipa utama
bilga
(Class LR,Part C, Chapter 1, Sec 10,
hal 163 : 6.8.1)
Dimana,
d =
Diameter dalam pipa utama bilga (mm)
L = Rule length of ship (m)
B =
Breadth Moulded (m)
D =
Tinggi geladak (m)
b)
Diameter Pipa Cabang
Bilga
d1
= 2,16√ L1 x ( B + D) + 25
(Class LR, Part C,
Chapter 1, Sec 10, hal :163 : 6.8.3)
Dimana,
d1 = Diameter dalam pipa cabang bilga (mm)
C = Panjang
Kompartment (m)
3.
Bilge Well
Ukuran dari bilge
well harus mampu menampung air dengan kapasitas tidak boleh kurang dari
0,15 m3
B.1.2. SISTEM BILGA DI
KAMAR MESIN (OILY-BILGE SYSTEM)
Sistem bilga dikamar mesin merupakan sebuah sistem yang
harus mampu menggabungkan dan membuang oily-waste
dan waste-oil yang terkumpul di
kamar mesin. Kata oily-waste merujuk
kepada air yang tercampur dengan minyak dimana kandungan dari air mendominasi
campuran. Sedangkan waste-oil
sebaliknya, waste-oil merujuk kepada
air yang tercampur dengan minyak dimana kandungan dari minyak mendominasi
campuran. Perlu diperhatikan kedua jenis tersebut (oily-waste & waste oil) tidak bisa langsung dibuang menuju overboard, dikarenakan kedua fluida
tersebut regulation menetapkan
keduanya dapat menyebabkan air dapat tercemar.
Sistem bilga di kamar mesin, selalu terpisah dengan sistem
bilga dengan tujuan untuk menghindari agar oli tidak terkontaminasi dengan
sistem perpipaan pada sistem bilga, dimana oli dapat mengganggu jalannya
pembuangan sistem bilga menuju overboard.
Cairan yang terkumpul di kamar mesin dikumpulkan pada bilge-well di kamar mesin.
Sistem kerja dari bilga di kamar mesin ialah sebagai
berikut :
1.
Oily-waste yang
terkumpul di bilge well di alirkan terlebih dulu menuju oily-waste collecting tank.
2.
Setelah terkumpul di oily-waste collecting tank, oily-waste kemudian di proses dengan
menggunakan Oily water separator (OWS).
Dimana sistem kerja dari OWS memisahkan air dengan oli yang terkumpul di oily waste collecting tank hingga oily-waste sudah masuk dalam kategori
dapat dibuang menuju overboard.
3.
Alat untuk mengukur kandungan
oily-waste agar dapat dibuang menuju overboard dinamakan oil content monitor (OCM). Sistem kerja dari OCM cukup sederhana,
apabila kandungan dari oily-waste
kurang dari batasan OCM, maka oily-waste langsung
dibuang menuju overboard. Sedangkan
apabila, oily-waste memiliki
kandungan melampaui batas dari OCM maka oily
waste dialirkan menuju waste-oil
collecting tank.
4.
Aliran dari OCM menuju
Waste-Oil Collecting Tank, dialirkan
secara terpisah. Untuk Oli menuju ke tempat penyimpanan yaitu waste oil collecting tank. Sedangkan air
akan menuju ke oily-waste collecting
tank.
Kedua collecting tank (oily-waste & waste-oil) harus disediakan
sistem perpipaan menuju shore connection baik
itu di portside / starboard
C.
SISTEM BALAS
(BALLAST SYSTEM)
Sistem bilga dan sistem balas memiliki fungsi yang jelas
dimana sistem bilga berfungsi sebagai sistem pengurasan compartment apabila
kapal mengalami flooding (ship safety). sedangkan
sistem balas berfungsi untuk mengatur kestabilitasan kapal ketika kapal dalam
keadaan trim /draft dengan cara
mengisi atau mengosongkan tangki balas yang tersedia.
Pertimbangan-pertimbangan yang yang dilakukan pada sistem
balas ini berupa kapasitas dari pompa
balas yang diatur berdasarkan lama waktu dari bongkar muat (loading unloading), kemudian pengaturan pengisian dan pengkosongan
tanki balas terhadap sarat air pada terminal.
Untuk sistem perpipaan dari sistem balas hamper sama dengan
sistem bilga,letak perbedaannya pada sistem balas tidak memerlukan check valve pengaturan sistem
perpipaan diatur sedemikian rupa
sehingga sewaktu-waktu balas dapat dipindahkan dari tanki satu dengan yang lain
serta mampu mengisi dan mengosongkan tanki dengan air laut.
Tanki balas dan sistem perpipaannya sepenuhnya terpisah
dari cargo oil tank, dengan tujuan
untuk menghilangkan kemungkinan bercampurnya oli ketika debalasting (proses pengosongan tangki balas). Pompa balas,
diletakkan di pump room, dan disusun
agar suction tersambungkan dengan kedua seachest.
Serta harus disediakan bypass agar
proses ballasting (proses pengisian
tangki balas) secara gravitasi.
D.
SISTEM PEMADAM KEBAKARAN (FIRE MAIN SYSTEM)
Sistem pemadam kebakaran (fire main system) menyuplai air laut pada tekanan tinggi menuju
kapal. Air laut, merupakan salah satu alat pemadam kebakaran pada kapal yang
memiliki suplai yang sangat besar, air laut dapat diaplikasikan secara stream atau spray yang disesuaikan dengan kondisi kebakaran yang terjadi dan
air laut merupakan alat pendingin dimana dapat menghalangi material yang mudah
terbakar untuk melakukan reflashing, memperlambat
penyebaran api di kapal, serta memproteksi personil pemadam kebakaran.
Komponen utama pada sistem pemadam kebakaran (fire main system) ialah sebuah pompa
sentrifugal yang dioperasikan pada tekanan yang tinggi untuk menghasilkan
penyebaran air yang efektif baik itu secara streaming,
penetration, dan spray. Komponen
utama lain ialah rancangan sistem perpipaan pada kapal. Kesemua komponen yang terdapat pada sistem
pemadam kebakaran didesain berdasarkan ukuran kapal, tipe kapal, serta fungsi
dari kapal itu sendiri.
Aplikasi dari sistem perpipaan pada umumnya didesain secara
tidak langsung untuk perlindungan terhadap kebakaran dan harus dipastikan bahwa
sistem ini dapat beroperasi ketika keadaan darurat dengan susunan pompa dan
katup yang sederhana. Pompa pemadam kebakaran juga dapat digunakan untuk
melayani sistem lain seperti bilga, balas dan seawater cooling tetapi harus diperhatikan bahwa pompa pemadam
kebakaran harus disediakan minimal satu buah pompa disediakan agar sewaktu
waktu dapat digunakan. Pompa pemadam kebakaran tidak boleh disambungkan dengan
segala macam oil pipping. Untuk
penggabungan sistem perpipaan dari sistem bilga diijinkan tetapi hanya untuk emergency
dewatering.
Minimal, dua buah pompa pemadam kebakaran harus disediakan.
Perencanaan pelatakan pompa pemadam kebakaran diletakkan bersamaan dengan
lokasi sumber air yaitu seachest ataupun
sumber daya untuk menggerakkan pompa. Hal ini ditujukan untuk memastikan bahwa
pompa dapat beroperasi.
Secara umum kebutuhan kapasitas setiap pompa pemadam
kebakaran harus mencangkup 2 kriteria yaitu berdasar minimum flow rate berdasar ukuran kapal dan
kapasitas masing-masing pompa harus mencukupi kebutuhan dari hose stream ketika pompa mensuplai
kebutuhan selain pemadam kebakaran. Untuk kapasitas kedua buah pompa, harus
mencukupi kebutuhan dari hose stream, ketika pompa pemadam
kebakaran mensuplai sprinkle system.
Untuk head dari pompa harus cukup dengan tekanan minimal 50
psi untuk kapal non-tanker dan 75 psi
untuk kapal tanker. Head pompa pemadam kebakaran juga harus mampu mensuplai
menuju high fireplugs di tempat tertinggi dari superstructure. Untuk letak dari fireplugs harus diletakkan ditempat dimana dapat diakses dengan
mudah oleh crew ketika dalam kapal
sedang beroperasi, dengan jarak minimal 50 ft.
Untuk membantu kinerja dari sistem pemadam kebakaran , fixed fire-extinguisher systems harus terpasang sesuai dengan
jenis-jenis kebakaran. Antara lain Foam
systems, Halon Systems, Carbon-dioxide systems, Sea water sprinkling systems.
mantap artikely
ReplyDelete