2 PRODUKSI
A. PERSIAPAN
PRODUKSI
Tahap persiapan produksi merupakan tahap awal yang harus dilakukan
sebelum melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengatur
keadaan-keadaan sehingga pada waktu yang ditentukan pekerjaan pembangunan kapal
dapat dilaksanakan dan ditetapkan. Ruang lingkup tahap ini yaitu :
- Dokumen produksi (umum) yang meliputi gambar dan daftar material, perkiraan kebutuhan tenaga kerja, dan perkiraan kebutuhan material.
- Tenaga kerja yang kaitannya dengan kualifikasi dan jumlah tenaga kerja dan pekerjaan lain.
- Material yang perlu dipersiapkan dengan mempertimbangkan : keadaan atau stock gudang, pemakaian material untuk pekerjaan, pemesanan/pembelian material dari luar (jumlah dan waktu pembelian).
- Fasilitas dan sarana produksi yang meliputi : kemampuan bengkel produksi, kapasitas mesin-mesin, alat-alat angkat yang tersedia (jumlah , kapasitas, macam dan tempat ), keadaan building berth.
Pada tahap ini,
untuk pertama kalinya spesifikasi kapal yang ditentukan sesuai dengan
kontrak/pesanan diterjemahkan dalam bentuk:
a.
Rancangan dasar, meliputi :
1. Rencana
garis (Lines plan)
2. Rencana
umum (General arrangement)
3. Penampang
melintang dan konstruksi profil (Midship section)
4. Bukaan
kulit (Shell expansion).
b.
Rancangan rinci, meliputi :
1.
Konstruksi block termasuk sambungan-sambungannya.
2.
Gambar perintah kerja, seperti : eye plate position,
welding procedure, welding table, cathodic protection arrangement dan
lain-lain.
3.
Gambar detail untuk pekerjaan out fitting, seperti :
konstruksi manhole/deksel, tangga akomodasi, pondasi windlass,
bollard, towing bracket, pondasi chain stopper dan sebagainya.
4.
Gambar detail untuk erection yaitu keel laying
position.
5.
Gambar detail peluncuran , seperti : situation
building, standing & sliding way, plat pengikat peluncuran dan
sebagainya.
6.
dan lain-lain.
Pekerjaan
selanjutnya adalah planning yang merupakan pembuatan rencana produksi yang
terdiri dari :
a.
Pembuatan schedule, pembangunan ( penjadwalan tiap tahap dan
keseluruhan).
b.
Alokasi standar kerja ( kebutuhan dan kualitas tenaga kerja ).
c.
Perkiraan peralatan yang dibutuhkan subkontraktor.
B.
Mould Loft
Pada tahap ini yang dilakukan
adalah pembuatan gambar produksi ke ukuran yang sebenarnya. Namun karena
perkembangan zaman penggambaran ini bisa diganti dengan gambar produksi yang
dibuat dengan menggunakan software dengan skala yang diperlukan
C.
FABRIKASI
Hal-hal yang
harus dilakukan dalam tahapan ini diantaranya :
¨
Identifikasi material
Sebelum dilakukan identifikasi material ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi antara lain :
§
Kondisi permukaan pelat yang diidentifikasi
harus sudah dishop primer.
§
Rata, tidak berlubang-lubang atau laminasi bila
ada masih masuk standar.
§
Pelat tersebut akan digunakan sebagai komponen
kapal
Hal yang dilakukan dalam identifikasi material
adalah pengecekan material apakah sudah sesuai standart atau belum. Material
yang dipesan harus dicocokkan dengan sertifikatnya mengenai ukurannya (
panjang, lebar, dan tebalnya) Apabila tidak memenuhi standart atau ada cacat,
material tersebut bisa dikembalikan atau ditukar.
¨
Marking
Marking adalah pemberian tanda kerja pada material. Karena
tepi-tepi material tidak siku maka material tersebut harus disikukan terlebih
dahulu dengan cara membuat garis siku pada tepi material dengan bantuan rumus
phytagoras. Dengan panjang dan lebar berkelipatan 3 dan 4 sehingga sisi miringnya
berkelipatan 5. Dengan kelipatan 3 untuk bagian lebar pelat dan yang
berkelipatan 4 untuk bagian panjang pelat. Setelah itu diukur
diagonal-diagonalnya, perbedaan maksimal antara diagonal kiri dan kanan
maksimum 3 mm. Apabila telah memenuhi, maka pelat tersebut dianggap siku.
Setelah itu material diberi tanda sesuai dengan gambar pada nest drawing. Pada
nest drawing hanya menunjukkan gambar keseluruhan untuk suatu komponen
konstruksi. Untuk bagian-bagian dan ukuran-ukuran yang ada pada komponen
tersebut bisa dilihat pada gambar piece drawing. Untuk detail jumlah dari
bagian-bagian yang akan dibuat bisa dilihat pada marking list. Marking list
adalah suatu tabel yang berisi tentang daftar gambar komponen-komponen
konstruksi. Dalam proses marking ada beberapa cara, yaitu :
1. Low –
Ma
Artinya
marking pada bagian bawah material
2. Up –
Ma
Marking
pada bagian atas
3. In –
Ma
Marking
pada bagian dalam
4. Out –
Ma
Marking
pada bagian luar
5. Fore
– Ma
Marking
pada bagian depan
6. After
– Ma
Marking
pada bagian belakang
Disini semua yang menjadi acuan adalah
posisi kapal sendiri. Seperti low-ma, itu berarti yang dimarking adalah bagian
bawah pelat, jika pelat itu dipakai seperti pelat geladak, berarti yang
markingnya dibagian bawahnya. Cara-cara tersebut dibedakan berdasarkan dimana
bagian tersebut akan ditempatkan.
Gambar 3.2.1
Proses Marking
¨
Cutting
Pemotongan pelat pada tahap fabrikasi merupakan tahap pengerjaan awal
material yang bisa menimbulkan variasi ukuran hasil produksi sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan. Item yang perlu diperiksa :
·
Ukuran panjang dan lebar
·
Diagonal, bentuknya
·
Tanda-tanda lambung/kode penempatan komponen
·
Tepi komponen yang bebas, tidak boleh ada kerak pemotong
·
Tepi dan sudut bevel
·
Tepi bevel komponen tidak boleh ada takik
·
Arah sudut bevel dan lain-lain
Proses
cutting itu sendiri dikerjakan secara manual dan otomatis. Secara manual
dikerjakan dengan alat yang disebut brander potong, sedangkan secara otomatis
dikerjakan dengan menggunakan mesin yang cara kerjanya dengan sistem koordinat.
Gambar 3.2.2 Mesin Cutting CNC
¨
Forming
Pada beberapa konstruksi kapal terdapat bagian yang berbentuk
lengkungan. Untuk mendapatkan konstruksi
bagian yang melengkung tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan:
a.
Cara dingin, yaitu dengan menggunakan mesin press untuk
melakukan penekanan
b.
Cara panas, yaitu dengan memakai panas api gas acetylen
yang disemburkan secara line heating, spot heating, atau keduanya.
Dalam melakukan
pembendingan dibantu dengan menggunakan rambu bending. Rambu bending ini berfungsi sebagai alat
pemeriksa apakah hasil pembendingan atau bentukan tadi sudah sesuai dengan yang
diharapkan. Untuk pengerjaan ini juga
harus dilakukan sesuai dengan marking yang sudah diberikan.Pelat yang sudah
dipotong sebagian ada yang memerlukan proses pembentukan, di mana
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan :
Ø
Proses dingin (menggunakan mesin bending)
Ø Proses panas/fairing (pemanasan
dengan blander, setelah pelat memerah karena panas lalu ditekuk)
Pemeriksaan apakah hasil pembentukan sudah
sesuai dengan informasi dari marking. Material pelat diperiksa dengan rambu
bending (kayu) dengan cara menempatkan rambu kayu di atas pelat yang telah
dibentuk, kemudian dicocokkan tanda marking pelat dengan tanda marking rambu
dan harus segaris yaitu $ dengan tanda $. Tanda marking sudut dari tiap-tiap
rambu harus diperhatikan, sudut kemiringannya berapa derajat ke arah
fore/after. WL denganWL, C dengan C. Pemasangan rambu pada tiap garis gading
dapat memakai bantuan jig penahan untuk menyangga rambu agar berdiri dengan
tegak. Penempatan rambu pada tiap gading harus segaris dengan tanda marking
pada pelat. Tepi pelat harus lurus atau searah
Gambar 3.2.3 Pelat yang telah di-bending
Masalah-masalah yang sering
timbul
Proses
fairing yang dilakukan dengan blander pemanas tidak dilakukan dengan pengecekan
suhu material saat dipanaskan. Material yang dipanaskan dibiarkan sampai
memerah baru kemudian ditarik lagi. Saat memerah ini, kemungkinan besar
material telah mencapai temperatur AC1 yaitu temperatur di mana struktur
material tersebut telah mulai berubah dan biasanya berubah menjadi martensit
(menjadi lebih brittle). Kondisi ini diperparah, karena pada saat itu, material
ditekuk. Hasil dari proses fairing ini beresiko tinggi mengalami penurunan mechanical properties. Sangat berbahaya
bila material yang telah difairing ini digunakan untuk bagian konstruksi yang
menerima beban langsung dan berat seperti kantilever dan lain-lain.
¨
Fitting Fabrication
Adalah penyetelan
material-material yang akan digabungkan, misalnya penyetelan antara pembujur
dengan pelat, dll
¨
Welding Fabrication
Penyambungan bagian-bagian yang
telah dipasang dengan cara pengelasan. Sebelum itu pada material yang akan
digabung dipasang stoper yang berfungsi untuk mencegah deformasi. Ada 3 pengelasan
yang digunakan pada PT. Jasa Marina Indah yaitu :
1. SMAW ( Shield Metal Arc Welding
)
Pengelasan
ini menggunakan electroda batangan yang juga berfungsi sebagai shielding (
pelindung ). Shield ini berasal dari dekomposisi electode flux coating. Fungsi
dari pelindung ini adalah untuk mencegah Weld terkontaminasi dengan udara luar.
Electrode pada SMAW bisa dioperasikan pada arus AC, DCEP, dan DCEN. Pengelasan
ini bisa digunakan untuk semua posisi, dan bisa digunakan untuk ketebalan pelat
yang bermacam-macam. Namun tidak efektif apabila digunakan untuk penyambungan
yang relatif panjang, selain itu juga harus ada perlakuan khusus apabila
elektrodenya menggunakan low hidrogen. Elektrode low hidrogen harus di open
terlebih dahulu sebelum digunakan.
Gambar 3.2.4 Elektroda Las SMAW
2. FCAW ( Flux Core Arc Welding )
Pengelasannya
menggunakan electrode roll, electrodenya terdiri dari filler metal yang
dilapisi oleh flux. Flux ini nantinya akan membentuk slag yang berfungsi
melindungi Weld metal dari pengaruh udara luar. Dengan adanya slag ini coolling
rate dari Weld metal semakin tinggi sehingga sifat dari sambungan lasnya
menjadi ductile. Pada alatnya terdapat tabung yang berisi gas argón,
karbondioksida atau campuran antara keduanya. Gas ini berfungsi sebagai penyeimbang
dari busur lasnya dan juga memberikan mechanical properties yang bagus pada
akhir pengelasan. Pengelasn ini bisa dilakukan untuk semua posisi.
Gambar 3.2.5 Mesin Las FCAW
3. SAW ( Submerge Arc Welding )
Digunakan
untuk penyambungan pelat yang panjang, karena pengelasan SAW bekerja semi
automatis. Electrodenya hampir sama dengan pengelasan FCAW, namun pada
pengelasan ini shielding atau pelindungnya menggunakan pasir. Fungsi dari pasir
ini adalah untuk melindungi Weld metal agar tidak terkontaminasi dengan udara
luar dan juga agar coolling rate dari sambungan lasnya tinggi sehingga
menghasilkan sambungan las yang bersifat ductile. Pasir yang digunakan adalah
pasir kwarsa. Pelat yang akan disambung tidak perlu di bevel.
Gambar 3.2.6 Mesin Las
SAW Gambar 3.2.7 Pasir kwarsa
untuk SAW
Gambar 3.2.8 Hasil las SAW
Setiap proses pada akhir
pengerjaan diperiksa oleh QC, dan apabil;a telah memenuhi bisa dilanjutkan ke
langkah berikutnya.
D.
ASSEMBLY
Sebelum
dilakukan proses assembly, hasil dari pekerjaan fabrikasi diperlukan untuk
pengecekan baik bentuk maupun ukuran serta tandanya yang berguna untuk
mengurangi kesalahan dalam pekerjaan assembly. Pada tahap ini, panel yang akan
dibentuk diletakkan diatas jig dan dikerjakan secara terbalik untuk mengurangi
pengelasan overhead yang dapat berakibat incomplete penetration.
Pekerjaan
yang dilakukan pada tahap ini meliputi :
·
Penyambungan pelat
·
Pemasangan stiffeners
·
Merakit floor
·
Pemasangan face plates
·
Merakit web frames
Pada
tahap ini, komponen-komponen pelat yang sudah diselesaikan di fabrikasi
dirakit sesuai dengan letal dan urutannya, dari seksi menjadi bagian misalnya:
·
Bottom terdiri dari portside, center dan
starboard.
·
Transverse bulkhead terdiri dari portside dan
starboard
·
Side shell terdiri dari portside dan starboard
·
Deck terdiri dari portside,center dan starboard
Dalam pengerjaan menggunakan metode panel dengan urutan
sebagai berikut:
·
Penyambungan butt joint antara pelat dengan
pelat dengan menggunakan SAW
·
Pemasangan pembujur pada pelat dengan pengelasan tertutup
·
Pemasangan pelintang dengan pengelasan menerus
·
Pengelasan potongan pelat pada scallop dan pembujur.
Selanjutnya
panel-panel ini dikerjakan dan disambung satu sama lain menjadi bagian yang
lebih besar, yang disebut seksi blok.
Gambar 3.2.9 Proses Assembly
Untuk
galangan yang menggunakan metode blok, maka pada tahap assembly sudah
dikerjakan penyambungan seksi-seksi blok menjadi blok. Karena pada galangan ini
menggunakan metode block, maka tiap-tiap seksi block digabung pada tahap ini.
¨
Fitting Assembly
Dimensi dan kelengkapan konstruksi sesuai dengan gambar
kerja. Hal-hal yang harus diperhatikan :
§
Penyimpangan dimensi tidak boleh melebihi batas
toleransi yang ada di class
§
Apabila ada penyimpangan pemasangan dan jumlahnya
banyak, maka harus dibuat NCR sheet.
§
Bila ada kejanggalan konstruksi meskipun sudah
sesuai drawing agar dibuatkan CA sheet ke design.
Data-data yang didapatkan dalam
pemeriksaan dimasukkan dalam QC check sheet struktural setelah diisi dulu oleh
QC bengkel.
¨
Persiapan Pengelasan
Dalam persiapan ini yang dilakukan antara ain :
1.
Memeriksa kampuh las apakah sudah sesuai dengan
standar, WPS, welding detail dan prosedur.
2.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada setiap kampuh las yaitu
§
Metode pengelasan
§
Besarnya gap
§
Kekasaran dan takik pada alur las
§
Kelurusan (alignment)
§
Bentuk bevel sesuai sesuai WPS
§
Bersih dari kotoran, air atau minyak
3.
Beberapa standar sambungan yang perlu diperhatikan
antara lain :
§
Misalinement/ketidaklurusan
§
Takik/kekasaran kampuh, roughness/kekasaran
Selanjutnya hasil pemeriksaan dicatat dalam QC
check sheet.
¨
Welding Chek
Hal-hal yang
harus diperiksa adalah :
1.
Daerah las harus bersih dari kerak,kotoran dan air agar
cacat las bisa terlihat
2.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan las
o Besar
leg length
o Tinggi
reinforcement untuk las butt
o Under
cut
o Ketinggalan
las, retak, porosity, spatter, bekas stoper, dan round weld
3.
Hasil pemeriksaan dicatat dalam QC check sheet.
¨
Deformasi
1.
Pemeriksaan dengan cara membentangkan benang,kemudian
ukur jarak antar pelat terluar dengan benang terdalam dan didapat besarnya
deformasi pelat.
2.
Pengukuran dilakukan sesuai aturan untuk tiap posisi
sebagai berikut :
¨
Deformasi pelat antar gading-gading
¨
Deformasi gading antara gading besar
¨
Deformasi antara komponen-komponen lain
¨
Deformasi pada joint plate
3.
Memberi tanda pada obyek pemeriksaan deformasi yang
melebihi standar.
Setelah pemeriksaan data deformasi yang didapat
dicatat pada QC check sheet
¨
Ketepatan
ukuran
Sebelum
melakukan pemeriksaan ketepatan ukuran perlu mempersiapkan alat-alat ukur yang
dipakai harus terkalibrasi. Selain itu juga menyiapkan inspection record yang
dibuat oleh desain bersama dengan drawing. Hasil pengukuran dibandingkan dengan
block sebelumnya yang sudah diukur. Pengukuran block dilakukan oleh tim
accuracy control dan bengkel sementara QC akan menyaksikan saat pengukuran. Tim
accuracy juga melakukan pengukuran saat erection yaitu keel deflection dan
dimensi kapal. Pengukuran block sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah
pengelasan. Bila menemukan bentuk block yang salah segera dilaporkan dan
diusahakan perbaikannya saat diassembly jangan saat di erection karena akan
memakan material, jam orang dan waktu yang lebih banyak disamping mutunya lebih
jelek. Hasil pengukuran dicatat pada QC check sheet.
¨
Block
blasting dan pengecatan
Pemeriksaan pada tahap ini meliputi 3 tahap
yaitu :
1.
pemeriksaan tahap persiapan
¨
Temperatur pelat yang akan dicat disesuaikan
dengan data teknis dari merk dan jenis cat
¨
Pelat harus bebas dari debu, pasir dan kotoran
¨
Standar kekasaran permukaan harus sesuai dengan
spesifikasi
2.
pemeriksaan tahap pengecatan
¨
kelembaban udara sebelum dan saat pengecatan
¨
temperatur basah dan kering dari udara
¨
temperatur pelat/material
3.
pemeriksaan hasil pengecatan
¨
ketebalan cat pada tiap lapisan baik kondisi
basah/kering
¨
cacat yang ditemukan harus diberi tanda pada
obyek
¨
perbaikan cacat cat harus sesuai dengan petunjuk
teknis dari spesifikasi jenis cat
Pemeriksaan dilakukan pada tiap
lapisan dan untuk daerah tangki pada lasan diberi selotip. Data pemeriksaan
dicatat pada QC check sheet.
Gambar 3.2.10 Alat Blasting
Gambar 3.2.11
Proses blasting
Masalah-masalah yang sering timbul :
1. Sering terjadi misalinement pada saat pengefittan.
Penanganan
:
a. Perbaikan dengan cara
pemutusan tack weld dengan blander pemotong atau gouging
b. Setelah itu
pengetackan diulang dan sebagian material yang akan disambungkan di tanggem.
c. Lalu pengelasan
dilakukan dengan tanggem dipasang untuk meluruskan bagian yang tidak lurus.
2. Banyak terjadi slag inclusion
Penanganan
:
a. Weld
metal digerinda
b. Dilakukan
pengelasan ulang
3. Hasil pengelasan overhead dan vertikal kurang bagus karena ampere
yang tidak dikecilkan setelah melakukan pengelasan flat. Meskipun hal ini telah
disiasati oleh welder dengan melakukan las sentuh, hasil pengelasan tetap
terlihat kurang bagus.
4. Perlengkapan keamanan yang dikenakan pekerja
kurang memenuhi persyaratan K3.
5. Banyak terjadi round weld yang malah
mengurangi logam induk.
Penanganan
:
a.
weld metal digerinda
b.
pengelasan ulang
6. Logam induk di sekitar weld joint, ada yang termakan oleh
elektrode sehingga mengalami pengurangan tebal. Cara penanganan dengan dilas.
7. Banyaknya slag yang belum dibersihkan padahal bagian tersebut
telah mengalami proses produksi selanjutnya seperti pengecatan. Hal ini malah
pembuatan waktu produksi dan material terbuang sia-sia, karena perbaikannya
membutuhkan waktu yang cukup lama dan adanya cat yang terbuang.
8. Pemasangan stopper banyak yang melintang sehingga alur
berdeformasi hanya terdapat dalam dua arah (mudah menimbulkan crack).
Pemasangan stopper yang benar adalah membentuk sudut 60 derajat terhadap edge
joint (alur deformasi lebih luas).
E.
Erection
Tahap ini merupakan
penyambungan seksi/blok kapal yang telah selesai dikerjakan pada tahap
assembly, misalnya untuk pembangunan dengan metode seksi adalah, seksi blok
dasar, seksi blok lambung, seksi blok sekat melintang dan, seksi blok deck,
sesuai dengan letaknya sehingga terbentuk badan papal. Jenis pekerjaan yang
dilakukan pada tahap ini adalah :
a. Loading
Pekerjaan yang
dilakukan yaitu pengangkatan atau pemindahan seksi blok yang sudah ada di
building berth dengan bantuan crane.
b. Adjusting
Meletakkan seksi
blok pada keel blok dan side blok yang telah diatur sesuai dengan marking dok serta
mengatur paju pada keel blok dan side blok yang kurang tepat agar seksi blok
tersebut tidak bergerak dan untuk kelurusan antar seksi blok.
c. Fitting
Pekerjaan fitting
yaitu meletakkan seksi blok sesuai pada tempatnya, kemudian dilakukan las ikat
atau memasang pelat setrip agar seksi tersebut tidak bergeser sehingga
benar-benar siap untuk dilakukan pengelasan.
d. Welding
Sebelum dilakukan
pengelasan penuh, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan ketepatan usuran dan
bentuk serta kelurusan dan kedataran seksi blok oleh pihak Quality Assurance
dan class. Dan jira sudah tidak ada masalah, maka dilakukan pengelasan denga
metode dan urutan pengelasan yang sesuai. Setelah pengelasan selesai, dilakukan
pemeriksaan terhadap hasil pengelasan tersebut, agar produk kapal sesuai dengan
standar mutu yang telah disepakati.
e. Finishing
Pekerjaan finishing
yaitu menghilangkan cacat-cacat baik karena deformasi sebelum maupun akibat
pengelasan pelat pengikat atau pengelasan pelat.
Pada tahap erection ini juga
dilakukan pekerjaan outfitting mulai dari outfitting pada seksi blok dasar
sampai membentuk badan kapal.
Gambar 3.2.12 Proses Erection
III.3 PENGAWASAN PRODUKSI KAPAL
Pada setiap proses produksi kapal
di suatu galangan, pelaksanaan pengawasan produksi
Sangat berpengaruh besar terhadap output yang dihasilkan dalam pembangunan kapal tersebut. Dengan adanya
pengawasan pada pada proses produksi kapal,
pemenuhan kualitas produk berdasarkan stándar kualitas yang telah disepakati akan lebih terjamin. Pengawasan yang
dilakukan merupakan tindakan pencegahan untuk
menghindari terjadinya kesalahan pada proses produksi yang pada akhirnya akan menekan biaya produksi dan meningkatkan
mutu produksi.
Pengawasan dilakukukan mulai dari
perencanaan, proses produksi, sampai dengan
performance hasil produksi tersebut. Sehingga penyimpangan dari estándar kualitas maupun spesifikasi kapal dapat
dihindari lebih awal dan apabila terjadi
kesalahan dapat segera diperbaiki dengan
prosedur yang diijinkan. Dengan demikian biaya
dan waktu produksi dapat ditekan serta kualitas produksi dapat lebih terjamin.
Dalam pelaksanaan pengawasan
produksi, pengawasan dan pemeriksaan ketepatan
dilakukan tiap hari menurut jadwal yang telah ditentukan oleh pihak yang terkait dalam pemerikasaan tersebut yaitu
jadwal pembangunan kapal dengan kegiatan pokok
mengadakan pemeriksaan, pengukuran dan pencatatan data hasil pengukuran.
Pemeriksaan secara langsung
kualitas hasil pekerjaan pada setiap proses dilakukan
secara insentif checker, QA/QC dan manager proyek. Peranan surveyor klasifikasi dan owner surveyor dalam
pengawasan dan kendali mutu adalah untuk mengadakan
kualitas hasil pekerjaan sehingga mutu kapal tersebut tidak menyimpang dari standar mutu dan spesifikasi yang
telah disepakati.
Tempat-tempat yang perlu
diperiksa dapat langsung diketahui melalui lembar periksa (check sheet) yang diterima dari QA/QC. Untuk tiap
tahap pengerjaan item-item yang perlu
pengawasan dan pemerikasaan adalah sebagai berikut :
bagussss siipppp cak. share yang laennya cak.
ReplyDeleteboleh nih kita saling join blog.
DeleteProses Pembangunan Kapal (Bangunan Baru) >>>>> Download Now
Delete>>>>> Download Full
Proses Pembangunan Kapal (Bangunan Baru) >>>>> Download LINK
>>>>> Download Now
Proses Pembangunan Kapal (Bangunan Baru) >>>>> Download Full
>>>>> Download LINK 7J
nice blog..
ReplyDeletethx voo ur information .. (:
jancok
ReplyDeletendi gambare cok....
ReplyDeleteno pict hoax
ReplyDeletebagus
ReplyDeleteklo prosedur sea trial ada ga ?
ReplyDeleteHi to all, how is the whole thing, I think every one is getting more from
ReplyDeletethis website, and your views are pleasant designed for new visitors.
Also visit my blog; free online coupons
Excellent post. Keep posting such kind of information on your site.
ReplyDeleteIm really impressed by it.
Hello there, You've done an incredible job. I'll
definitely digg it and in my opinion recommend to my friends.
I'm sure they'll be benefited from this web site.
My web page whiplash compensation claim
keren, salam satu fakultas
ReplyDeletebang copy
ReplyDeletealhamdulilah,bermafaat sekali
ReplyDeleteizin copas utk bljr ya :)
ReplyDeleteijin copass
ReplyDeleteizin copas ya makasi
ReplyDelete